ada yang mengeluh jalur Japek II pun tak luput dari kemacetan yang harapannya
justru jadi pemecah arus kendaraan.
Direktur Utama PT Jasa Marga (JSMR) Desi Arryani, selaku
operator Tol Jakarta-Cikampek dan Japek II mengatakan sejak Japek II dibuka
untuk umum 15 Desember 2019, Desi mengklaim lonjakan penumpang sudah mulai
terasa di Japek II. Sehingga berdampak pada berkurangnya volume kendaraan di
jalur bawah tol Jakarta-Cikampek.
“Sejak 15 September animo masyarakat ke tol Japek
sesuai estimasi kita. Hari minggu (15/12) 33% naiknya (Tol) elevated. Di bawah
jadi lancar. Senen (16/12) juga berkisar 30-an%. Jadi memang sesuai analisa
kita kami,” sebut Desi kepada CNBC Indonesia, di Kementerian PUPR, Rabu
(18/12).
Baca Juga:Pemkab Subang Curhat Dampak Buruk Patimban ke NelayanMasyarakat Purwakarta Lebih Suka Urus SIM di Mobil Keliling
Menghadapi momen Nataru ini, Desi mengingatkan fungsi tol
Japek II atau Elevated. Di mana untuk mengurangi volume kendaraan yang dinilai
sudah sangat padat di jalur bawah.
“Jarak jauh harus naik. Jarak dekat jangan naik.
Elevated itu untuk pengguna jarak jauh,” sebut Desi.
Kontroversi terakhir, Tol Layang Japek II sempat mengalami
penutupan sementara pada Sabtu, (21/12). Penutupan dilakukan karena padatnya
volume kendaraan di tol tersebut. TMC Polda Metro Jaya melalui akun Twitter
mengatakan ada gangguan mobil di jalur tol layang yang menyebabkan kepadatan
lalu lintas sehingga Tol Japek elevated ditutup.
“12.13 Jalur Jalan Layang Tol Elevated Cikampek untuk
sementara dialihkan ke jalur bawah dikarenakan kepadatan imbas adanya mobil
yang mengalami gangguan di KM 22-23,” tulis akun @TMCPoldaMetro, Sabtu
(21/12/2019).
Terpisah, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menanggapi
penutupan sementara ini. Menurutnya, penutupan dilakukan untuk mengurangi
kepadatan kendaraan di jalur layang. Ia mengklaim pada hari ini, volume
kendaraan yang melewati Jalan Tol Jakarta-Cikampek naik 80% dari perkiraan 40%.
“Kita lihat Japek II di ketinggian kalau mereka terlalu
lama di atas risiko, habis bahan bakar, kelaparan, belum lagi kalau ada pusing
agak sulit.”
“Saya setuju dikurangi dulu supaya lancar karena hampir
2 jam, padahal waktu tempuh ideal satu jam,” kata Budi Karya di Stasiun
Pasar Senen, Jakarta, Sabtu (21/12).
Ia mengaku untuk evaluasi selanjutnya menunggu laporan pada