Dampak Sekolah Diliburkan Dua Pekan di Karawang
Keputusan Pemprov Jabar dan Pemkab Karawang menerapkan kebijakan belajar di rumah bagi seluruh siswa selama dua pekan mulai 16 Maret guna mencegah penyebaran virus corona (Covid-19) dikeluhkan sejumlah sopir angkot di Kabupaten Karawang. Pasalnya, hal itu membuat pendapatan mereka menurun signifikan. REDAKSI–Karawang “Ya, gara-gara corona, dan pemerintah meliburkan sekolah, kami jadi kena dampaknya. Selama ini, selain penumpang umum, siswa merupakan andalan kami dalam mengumpulkan pendapatan,” ujar sopir angkot 01 jalur Klari-Johar-Tuparev-By Pass, Rudi Salam, didampingi rekannya, Ivan dan Dodi, kepada KBE, Selasa (17/3). Diceritakan, Rudi, sebelum sekolah diliburkan, ia bisa mendapatkan penghasilan untuk di bawa pulang minimal Rp 50 ribu setiap harinya. Namun, kini kenyataan pahit harus diterima saat ia tak bisa membawa pulang uang sepeser pun. “Jangankan untuk di bawa pulang buat makan keluarga, untuk setor ke yang punya mobil walau hanya sebesar 60 hingga 80 ribu rupiah pun masih kurang. Jika seperti ini terus ya hanya bisa pasrah saja, kalau tidak diberhentikan, mungkin mundur untuk cari pekerjaan lain meski sulit,” keluhnya. Kondisi tersebut juga diamini Syamsuri, sopir angkot 07 jalur Tanjungpura-By Pass-Tuparev-Gempol. Bahkan diakuinya, tak hanya penumpang yang sepi, tapi beberpa booking angkot yang telah ia dan sopir angkot lainnya terima, akhirnya dibatalkan. “Dari tanggal 17 hingga 19 Maret ini kami banyak menerima booking-an dari sekolah. Tapi semua itu kini telah dibatalkan,” ucapnya. Tak jauh berbeda dari angkot yang beroperasi di wilayah Kota Karawang. Deni, sopir angkot jalur Johar-Cikampek, mengatakan, saat sekolah masuk ia bisa membawa pulang Rp 120 ke rumah. Kondisi berbeda kini dirasakan karena ia hanya bisa mendapatkan Rp 50 secara keseluruhan. “Ya, setiap hari jadi nombok untuk setor ke bos juga. Kami berharap virus corona ini cepat berakhir dan sekolah kembali beroperasi seperti biasanya. Jangankan dua minggu libur, baru dua hari saja kami sudah sangat berat dan kewalahan untuk biaya hidup,” katanya. Angkot Cikampek Sementara itu kondisi serupa terjad di Kota Cikampek. Sejumlah sopir angkot di sepanjang jalan Cikampek mengalami penyusutan pendapatan usai diberlakukannya kebiajakan sekolah belajar di rumah. Seperti yang dialami Tatang salah satu supir angkot arah cikampek kopo ini mengaku mengalami sepi penumpang. Padahal biasanya, kata dia setiap pagi dan siang selalu dipenuhi oleh siswa yang pergi maupun pulang dari sekolah. ” Sekolah libur gara gara corona jadi berpengaruh juga sama penghasilan kita sebagai sopir angkot,” katanya. Biasanya dari penghasilan angkut yang diterimanya sebesar ratusan ribu rupiah dari siswa kini hanya mengandalkan penumpang warga. ” Biasanya seratus sampai seratus lima puluh suka dapat sekarang cuman dari penumpang umum aja,” ucapnya. Hal serupa juga dialami oleh Diding salah satu ojeg sepeda motor ini biasanya sering kali mendapatkan langganan penumpang dari para siswa. Bahkan kebanyakan penumpang yang sering menerima jasanya itu adalah pelajar. ” Iya jadi sepi penumpang kalau sekolah diliburkan, biasanya juga kebanyakan siswa yang ngojeg,” tuturnya. Penghasilan dari kendaraan umum tersebut juga berpengarus kepada Organda Kabupaten Karawang, Abraham menyampaikan sebelum dan sesudah ada penyakit virus corona masih saja kata dia kesadaran para pengendara umum untuk membayar masih minim. ” Sekolah diliburkan berpengarus terhadap penghasilan kendaraan umum, tapi pemilik kendaraan umum sendiri tidak sadar akan kewajibannya sendiri,” pungkasnya. (ayi/oib)