KARAWANG – Pemerintah Desa Lemahabang, Kecamatan Lemahabang Wadas, mulai menggarap ajuan pencairan Bantuan Langsung Tunai (BLT) Dana Desa tahap ke dua. Rencananya, BLT tahap dua tersebut akan dibagikan pada akhir Juni 2020 ini. Kepala Desa Lemahabang, Didin Al Ayudin mengatakan, kuota penerima BLT Dana Desa di Desa Lemahabang jumlahnya ada 195 keluarga. Sesuai aturan, pihaknya mengaku telah mengalokasikan 30 persen anggaran dari Dana Desa. Untuk BLT Dana Desa tahap 2 yang rencananya dibagikan akhir bulan ini. “Dana Desa Lemahabang itu jumlahnya Rp 1,1 miliar sekian. Kita anggarkan 30 persennya untuk Bansos covid-19,” ujar Didin kepada KBE, kemarin (11/6). Didin menjelaskan, kuota BLT Dana Desa yang hanya 195 orang tidak cukup untuk mengcover seluruh warga Desa Lemahabang yang terdampak virus korona. Bersumber dari data hasil screning timnya. Didin mengaku, ada lebih dari 300 warga miskin baru di Desa Lemahabang yang terdampak pandemi ini. Namun, ke semuanya itu tidak mendapat bansos. Karena jumlah kuota yang sangat minim. “Bansos covid-19 yang lain tidak bisa kita otak atik. Karena sumber datanya dari atas. Tapi yang BLT Dana Desa ini kita prioritaskan warga miskin dan jompo,” kata Didin. “Tapi, warga Misbar yang didata jumlahnya ada 300 orang itu jadi tidak tercover. Kalau kuotanya banyak, saya ingin mereka semua dapat,” imbuhnya. Karena itu, pihaknya mengusulkan, agar BLT Dana Desa yang rencananya akan dibagikan sampai akhir tahun. Agar bisa diterapkan sistem rolling atau bergiliran. Pasalnya, masih banyak warga miskin dan yang terdampak korona belum dapat bantuan. Apa lagi, Bansos yang turunnya dari atas banyak kejadian double data dan salah sasaran. “Ingin kami kepala desa, yang tiga bulan Rp. 600 ribu itu untuk yang pertama. Dan tiga bulan berikutnya yang jumlahnya Rp. 300 itu, untuk keluarga lain yang belum dapat,” ujarnya. “Supaya azaz keadilan sosial ini bisa benar-benar dirasakan masyarakat kecil. Dan supaya bansos ini bisa mengcover warga lain yang sama sekali belum dapat bantuan,” ungkapnya. Salah satu pelaku UMKM di Pasar Lemahabang, Jaelani mengatakan, meskipun ia terdampak Covid-19 secara ekonomi. Namun, hingga kini belum mendapat bantuan dari pemerintah. “Sekarang dagang sepi pak, omset saya turun. Bahkan, seminggu kemarin tidak buka tenan. Soalnya ga ada yang beli sih,” keluhnya. Ia berharap, pedagang kecil seperti dia bisa mendapat perhatian dari pemerintah. Pasalnya, Pandemi Covid-19 ini sudah menutup mata pencaharian keluarganya. “Harapan ingin di bantu sih jelas ada. Tapi tidak terlalu berharap. Karena saya tau, masalah data Bansos ini sangat kompleks. Kita juga tidak bisa menyalahkan perangkat desa yang bekerja,” jelasnya. “Ingin saya sederhana saja, ingin pandemi ini cepat berakhir. Supaya bisa bekerja normal lagi, biar ga perlu di bantu pemerintah,” imbuhnya. (wyd/rie)