“Sejauh ini baru enam kecamatan di Karawang yang ada Sakurir. Awalnya di desa aja, tapi sekarang sudah masuk perkotaan,” kata istri Ketua FK-PKBM Karawang itu.
“Awalnya yang di kota pesimis, apakah bisa kita bersaing dengan Gojek dan Grab yang begitu canggih. Seiring waktu, keluhan itu terjawab dengan sambutan antusias masyarakat,” imbuhnya.
Jika di banding dua aplikator raksasa itu, kata Marini, Sakurir memiliki banyak kelebihan. Selain harga jasa antarnya yang lebih murah. Cakupan jasa antarnya pun sangat luas. Mencakup sampai ke pelosok pedesaan di Karawang.
Baca Juga:Inilah Roadmap Pembersihan Limbah dari Sungai Cilemah AbangPetani Tambelang Masih Sulita Dapatkan Urea
Selain itu, sifatnya yang masih manual dan belum berbasis aplikasi. Masih memungkinkan bagi customer untuk melakukan proses tawar menawar. Sebagai salah satu budaya Indonesia, dari sila ke empat Pancasila. Yaitu, musyawarah dan mufakat.
“Jumlah kurir kami sekarang totalnya ada 13 kurir motor dan 4 kurir mobil atau pick up. Target kami di 2021, setiap kecamatan di Karawang ada Sakurir. Agar bisa memudahkan pelaku UMKM untuk memasarkan produk mereka,” kata Marini.
“Kita juga sangat berharap, agar program Sakurir ini mendapat dukungan dari Pemkab Karawang. Menurut saya, setiap inovasi perlu di dukung,” imbuhnya.
Salah satu kurir, Aldi mengatakan, dalam sehari, ia bisa mengantarkan jasa titip sekitar 3 sampai empat kali. Dari jasa itu, kata dia, setiap hari ia mendapat tambahan penghasilan Rp. 100 ribu.
“Karena Sakurir ini kan hanya selingan pekerjaan di waktu kosong. Kalau ada order barang, saya antar. Lumayan buat tambahan uang belanja,” katanya.
Sementara, Heru, salah satu langganan Sakurir menambahkan, alasan ia menggunakan jasa Sakurir karena masih sangat mudah dipahami. Dari pada menggunakan aplikasi yang terlalu canggih.
“Selain lebih hemat ongkirnya. Sakurir ini lebih mudah dan g ribet. Cukup hubungi customer service via WA. Barang kita akan di antar sesuai titik,” imbuhnya. (**)