Mendengar Curhatan Petani Karawang untuk Para Calon Bupati
Kabupaten Karawang dikenal sebagai Kota Lumbung Padi. Sebagai daerah pemasok beras nomor 2 nasional. Tak heran, jika sektor pertanian jadi komoditi andalan warga di Kabupaten Karawang.
WAHYUDI– Karawang
Seiring dengan perkembangan jaman dan pertumbuhan infrastruktur yang semakin masif. Membuat area pesawahan di Karawang semakin menyusut. Gedung-gedung pencakar langit, rumah makan, supermarket, hingga perumahan. Lebih tumbuh subur di kota Lumbung Padi yang sekarang. Kondisi itu membuat para petani di Karawang merasa perihatin. Mereka merasa disingkirkan secara tak langsung oleh para investor pemegang saham. Hal-hal kecil yang menjadi hak mereka pun, seolah-olah sulit didapatkan dari para pemimpin di Kabupaten Karawang. Dimasa kampanye Pilkada ini. Para calon bupati sudah mulai mencari simpati para pemilih. Bahkan, sebagian dari mereka sudah mulai ngobral janji sana-sini. Dimulai dari perbaikan infrastrukur, penataan pasar, hingga kesejahteraan sosial mulai jadi barang dagangan politik. Namun, sampai saat ini. Belum ada satu pun calon bupati di Karawang. Yang menyebut mereka pro terhadap petani. Melihat kondisi itu, para petani dari pelosok Karawang pun, akhirnya angkat suara. Di Kecamatan Cilamaya Wetan, tokoh petani sekaligus Ketua Ikatan Kepala Desa (IKD) Cilamaya Wetan, Udin Abdulgani mengatakan, nasib para petani saat ini sedang di ujung tanduk. Apa lagi, kata dia, aspirasi para petani di lapangan seolah-olah didiamkan saja oleh para pemegang kebijakan di gedung putih. Sebagai petani, Udin berharap, ada sosok yang mau membela petani. Dengan mempertahankan luas lahan sawah di Karawang. Karena, hal itu jadi tulang punggung petani. Untuk tetap menghasilkan pundi-pundi rupiah, untuk jadi nafkah keluarga mereka di rumah. “Bagi sebagian orang yang tak punya pekerjaan tetap. Mencari nafkah di sawah adalah solusinya,” kata dia, Senin, (5/10/2020) kemarin. Di Kecamatan Tirtajaya, Asep Sutrisna, yang sudah mendedikasikan hidupnya untuk pertanian Karawang pun, memiliki keluhan serupa dengan Udin di Cilamaya. Asep tak menampik, jika sektor pertanian di Karawang saat ini belum sehat seutuhnya. Sebut saja, mulai dari masalah pengairan, bantuan sosial yang tidak merata, sampai kasus kelangkaan pupuk. Masih terjadi di Kota Lumbung padi saat ini. “Janji-janji politik biasanya akan indah didengar. Enak aja kalau dibayangkan begitu. Tapi, percuma kalau realisasinya jarang,” kata pria berkumis tebal itu. Tokoh tani Kecamatan Tempuran, Wawan menambahkan, jika mau menjadi Bupati Karawang. Harus sayang kepada para pejuang Kota Lumbung Padi, yaitu para petani. Wawan mengatakan, keluhan para petani soal pupuk saja. Saat ini masih belum diserap dengan baik. Ia berharap, ke depan, ada sosok yang lebih dekat dengan petani. Yang bukan hanya memberikan janji-janji, tapi merealisasikan setiap rencananya sebagai bukti. “Kalau ditanya soal pilihan hati, sekarang ini belum ada. Kalau di baca dari visi misi calon-calon ini, sebagai petani, saya belum jatuh hati, karena belum ada yang pro petani,” pungkasnya. Sementara, dari Kecamatan Tegalwaru, Aan Sanjaya menambahkan, setiap tahun yang jadi kendala petani di sana adalah masalah pengairan. Meskipun pembangunan infrastruktur secara masif dikerjakan oleh pemerintah desa. Namun, sampai saat ini belum ada program konkret. Untuk mengakhiri masalah pengairan disana. “Saya mah akan mendukung siapa saja yang mau peduli sama masalah pengairan. Silahkan saja kalau mau banyak janji, nanti saya yang tagih,” kata aktifis muda itu. Tak hanya para petani saja yang mewanti-wanti para calon bupati. Sebelumnya, Mentri Pertanian Republik Indonesia Syahrul Yasin Limpo menginstruksikan, kepada para petani Karawang. Untuk memilih calon bupati yang pro kepada petani. “Hei para petani. Nanti kalian pilih ya Bupati yang mau urus pertanian. Kalau kau tidak mau urus pertanian, kau tidak punya beras. Rakyat mu akan lapar, dan matilah kau,” ujar Yasin Limpo, saat panen raya di Desa Bayur Lor, Kecamatan Cilamaya Kulon, 6 Juni 2020, lalu. (**)