Mengungkap Sosok Santri-Santri Pertama di Tanah Karawang

Mengungkap Sosok Santri-Santri Pertama di Tanah Karawang
SANTRI PERTAMA: Syekh Quro Karawang (kanan) dan Prabu Siliwangi, Raja Pakuan Pajajaran Pasundan.
0 Komentar

Syekh Bentong memiliki seorang istri yang bernama Siu Te Yo dan mereka mempunyai seorang putri yang diberi nama Siu Ban Ci.
Ketika usia anak Syekh Quro dan Ratna Sondari sudah beranjak dewasa, Syekh Quro menugaskan santri–santri yang sudah cukup ilmu pengetahuan tentang ajaran Islam seperti, Syekh Abdul Rohman dan Syekh Maulana Madzkur, untuk menyebarkan ajaran Islam ke bagian selatan Karawang, tepatnya ke Kecamatan Telukjambe, Ciampel, Pangkalan, dan Tegalwaru sekarang
Sedangkan anaknya Syekh Quro dengan Ratna Sondari yang bernama Syekh Ahmad, ditugaskan oleh sang ayah meneruskan perjuangan menyebarkan ajaran Agama Islam di Pesantren Quro Karawang atau Masjid Agung Karawang sekarang.
Sedangkan sisa santrinya yang lain yakni Syekh Bentong ikut bersama Syekh Quro dan Ratna Sondari istrinya pergi ke bagian Utara Karawang tepatnya ke Pulo Bata Desa Pulokalapa Kecamatan Lemahabang Kabupaten Karawang sekarang, untuk menyebarkan ajaran Islam dan bermunajat kepada Allah SWT.
Di Pulo Bata Syekh Quro dan Syekh Bentong membuat sumur yang bernama Sumur Awisan, yang sampai saat ini sumur tersebut masih dipergunakan.
Syekh Quro akhirnya meninggal dan dimakamkan di Pulo Bata Desa Pulokalapa Kecamatan Lemahabang Kabupaten Karawang. Sebelum meninggal Syekh Quro berwasiat kepada santri – santrinya. 
“Ingsun Titip Masjid Langgar Lan Fakir Miskin Anak Yatim Dhuafa (Saya titip Masjid, jangan tinggalkan fakir miskin, anak yatim, dan dhuafa),” ucap Syekh Quro waktu itu.

Sepeninggal Syekh Quro, perjuangan penyebaran Islam di Pulo Bata diteruskan oleh Syekh Bentong sampai akhir hayatnya Syekh Bentong. (wyd/bbs)

Laman:

1 2 3
0 Komentar