Sejam Sekali Lewat, Ingat Sanak-Saudara yang Meninggal
Suara sirine ambulans dari hari ke hari kian akrab di telinga masyarakat Karawang. Suara sirine itu seakan sahut-sahutan saling menyambung antara satu ambulans dengan ambulans lain yang menyusulnya. Para sopir ambulans berkelling mencari rumah sakit yang masih bisa menampung pasien covid-19 yang sedang diangkut di dalam mobil. “IYA. Sebentar-sebentar suara ambulans lewat,” ujar seorang praktisi hukum di Karawang, Asep Agustian sambil melihat ke arah jendela di kantornya yang bisa langsung melihat kendaraan lalu-lalang di depan kantornya tersebut. Pria yang biasa disapa Askun itu memang memilik kantor firma hukum di kompleks ruko yang percis berada di samping RSUD Karawang. Praktis suara sirine ambulans yang mengangkut pasien covid-1 sangat nyaring terdengar jelas ke tempat ruang kera Askun. KBE pada hari Selasa (22.6) siang berada di kantornya. Hanya dalam kurun waktu 1,5 jam berada di kantornya, sudah lebih dari satu ambulans yang sirinenya terdengar jelas ke kantor dua lantai itu. Semua kecamatan di Karawang memang saat ini berstatus zona merah. Teranyar saja, rabu (23/6/2021) ada 319 kasusu baru orang tertular virus covid-19 di Karawang tanpa diketahui apakah mereka tertular virus covid-19 awal atau virus covid-19 yang telah bermutasi atau covid-19 delta yang dua kali lipat jauh lebih ganas itu. Dan dalam sehari kemarin, ada 15 orang enngal berstatus postif covid-19. Satu di antaranya adalah Wakil Ketua DPRD Karawang, Deden Rahmat. Seperti kata Bu Siti (40) misalnya. Pedagang minuman friences di Pasar Telagasari ini mengaku sudah bosan mendengar suara ambulans. Ia berdagang dari pagi sampai sore hari. Selama itu, ia bisa mendengar setiap satu jam sekali, ambulans lewat. “Kalau dihitung mah, Dek. Mungkin lebih sepuluh ambulans lewat sehari. Belum lagi yang sirinenya tidak nyala, banyak deh pokonya,” tutur Bu Siti sambil melayani pembeli, rabu (23/6/2021). Tidak cuma suara ambulans, Siti bilang ia juga mulai terbiasa dengan suara toak yang dibawa-bawa Satpol PP setiap razia masker. Siti mengaku maklum, hal itu dilakukan untuk mendisiplinkan masyarakat. Tapi dia mengakui, kadang penertiban macam itu menggangu omset jualannya. “Ambulans mah cuma lewat dek gak gangguin dagangan ibu, kalau suara toak tuh baru ganggu. Soalnya pembeli ibu kabur, takut dirazia,” keluh dia. Tidak jauh dari Pasar Telagasari, ada Pasar Lemahabang Wadas. Meski tak sebesar Pasar Telagasari, kegiatan berniaga disana cukup mempuni. Di sana juga ada banyak pedagang. Sebagaimana pasar tradisional pada umumnya. Pasar Wadas juga sering terjadi kerumunan.