SIRINE AMBULANS KIAN SERING TERDENGAR DI KARAWANG

SIRINE AMBULANS KIAN SERING TERDENGAR DI KARAWANG
0 Komentar

Tak jauh beda dengan kecamatan lain di sekitarnya. Di Pasar Wadas juga masuk zona merah Covid-19. Soal suara ambulns tak perlu di tanya. Beberapa pedagang disana juga mengaku keluarganya ada yang meninggal terpapar Covid-19.  Di Pasar Wadas KBE berbincang dengan salah satu juru parkir di sana. Udin. Selain menjadi petugas parkir. Udin juga kadang menjalani peran ganda. Yaitu tim sayap gugus tugas kecamatan. Tugasnya untuk mengingatkan pengunjung pasar agar memakai masker.  Udin mengaku jadi salah satu keluarga korban Covid. Bulan Maret lalu, kerabatnya wafat diduga Covid. Sejak saat itu, Udin sadar jika Covid-19 itu ada. Bahkan sudah merenggut keluarganya.  “Saya tuh orangnya penakut, apa lagi sama covid. Kalau ada pengunjung yang tidak pakai masker selalu saya tegur. Bahkan saya siapin masker buat yang ga bawa,” ucap Udin dengan logat Sunda-nya yang khas.  Ditanya soal suara sirine ambulans yang sering terdengar di sepanjang jalan itu. Udin mengaku mulai ketakutan. Ia pribadi mengaku punya trauma dengar suara ambulans. Ap lagi pada saat kerabatnya diantar ke pemakaman saat meninggal dengan status positif covid-19, ia anpa sempat menyalatkan dan melihat untuk terakhir kalinya. Pengalaman traumatik seperti Udin sudah pasti juga dirasakan belasan ribu masyarakat yang menjadi keluarga 711 pasien covid-19 di Karawang yang saat ini sudah meninggal dunia. “Ya bisa dibilang trauma pak, soalnya kalau sering tuh tandanya semakin banyak korban. Saya kan takut,” keluhnya.  Di Cilamaya, Pjs Kepala Desa Tegalwaru, Kecamatan Cilamaya Wetan, Nurhasan juga bercerita. Ia menjadi satu-satunya kepala desa di kecamatan ini yang menangani pasien varian delta.  Nurhasan bilang, meski pasien dinyatakan sudah sembuh. Pemdes Tegalwaru tak mau ambil risiko dengan membiarkannya bebas berkeliaran. Karena itu, ia masih memberlakukan lockdown lingkungan.  Nurhasan yang juga PNS kecamatan tahu betul, jika setiap pekan ada saja warganya yang dimakamkan dengan protokol Covid-19. Tentu saja jenazah mereka diantar dengan ambulans.  “Suara ambulans yang semakin sering terdengar ini harusnya menjadi pengingat bagi kita semua. Covid-19 masih ada, jangan lalai, jangan abai. Patuhi terus protokol kesehatan dan hindari kerumunan,” pintanya.  Di daerah tetangga, di Kota Bekasi misalnya, keloyo-koploan buka n hanya dirasakan leh par soir ambulans tap juga penggali kubur.Di TPU Pedurenan, paien covid-19 meninggal yang dikubr setiap harinya bisa sampai 20 mayat. Peningkatan pemakaman jenazah covid-19 sudah terjadi usai lebaran kemarin. Persiapan petugas makam juga sudah ditambah dari yang awalnya hanya 8 petugas kini sudah ditambah menjadi 30 petugas.(mhs/wyd)

0 Komentar