Tak hanya itu, geng emak-emak Teh Iim juga selalu aktif dalam melakukan razia masker hingga sidak PPKM Mikro. Jika ketahuan melanggar, hukuman yang diberikan Teh Iim dan geng emak-emaknya agak sedikit beda.
“Masyarakat itu kalau di hukum keras malah sakit hati, ujungnya nanti ngelawan. Kita mah hukum pakai nasihat dan ceramah ala emak-emak aja,” kata dia.
“Apalagi kalau yang melanggar anak-anak muda, kaya ngomelin anak sendiri gitu,” timpalnya.
Beda usia beda treatmentnya. Kata Teh Iim, pandemi ini bukan hanya soal masalah kesehatan saja yang jadi sorotan. Di desa yang ia pimpin, isu pembangunan infrastruktur juga masih sangat seksi didengar.
Apalagi, lanjut Iim, letak geografis Desa Karyamukti yang di tengah kota. Namun dari segi bangunan tertinggal cukup jauh dari desa lain di sekitarnya.
“Covid memang mengganggu, tapi program pembangunan desa tidak boleh berhenti. Ditengah sorotan masyarakat tentang Covid. Kita juga harus bisa buktikan, kalau pembangunan infrastruktur tetap berjalan,” paparnya.
Secara keseluruhan, cara Pemdes Karyamukti menangani lonjakan kasus Covid-19 memang cukup unik. Apa lagi di bawah kepemimpinan geng emak-emak Teh Iim. Segala tindak tanduk Satgas Covid tingkat desa justru jadi tidak seseram itu. Warga malah ceria dan mau nurut di ajak taati protokol kesehatan.
“Istilah prokes 5M kalau di Karyamukti artinya berbeda. 5M itu, Mengimbau, Memahami, Memotivasi, dan Menjaga Masyarakat Desa Karyamukti,” pungkasnya. (wyd)