Belasan pria paruh baya berseragam hijau. Membangun blokade dengan palang bambu dan tulisan lockdown alakadarnya. Bapak-bapak Linmas itu nampak serius mengecek setiap pendatang yang mau masuk ke desa. Jika ada yang mengaku rentenir, penagih hutang, atau petugas bank emok. Dengan tegas mereka meminta tamu tak diundang itu, untuk putar balik. BELASAN linmas itu bertugas di dua dusun di Desa Jayanegera, Kecamatan Tempuran. Mereka diberi tugas oleh kades setempat, untuk mengusir tamu-tamu kurang penting. Agar tak memasuki wilayah yang sedang dikarantina.
Bukan tanpa alasan. Kades Jayanegara, Nawawi sedang pusing-pusingnya dengan masalah Covid-19. Dalam kurun waktu tiga bulan terakhir, ada 11 warganya yang positif. Seminggu yang lalu, tiga diantaranya meninggal dunia. Kata Nawawi, kebijkan PPKM Darurat ini sangat luar biasa dampaknya. Apa lagi bagi masyarakat kecil. Apa lagi, ratusan masyarakatnya sudah kadung terlilit hutang rentenir dan bank emok. Di tengah kesulitan mencari nafkah. Para rentenir dan petugas bank emok, terus menghantui warganya yang tak punya uang. Alhasil, kebijakan karantina wilayah ini jadi momentum. Selain untuk mencegah virus masuk ke lingkungan warga. Lockdown wilayah itu, juga bertujuan menolak kedatangan rentenir dan bank emok. “Kalau sumber penularan hasil tracing, kebanyakan warga saya terpapar dari rumah sakit. Bank emok dan rentenir kita larang masuk, selain takut membawa virus, mereka juga membawa wabah ‘pusing’ di lingkungan masyarakat saya,” kata Nawawi, saat berbincang dengan KBE, rabu (7/7/2021) di rumahnya. Sebelum PPKM Darurat saja, sudah banyak warga Desa Jayanegara yang terpaksa berhutang ke rentenir untuk mencukupi kehidupan sehari-hari. Jika tidak pandemi, kata Nawawi, warganya sangat giat bekerja untuk membayar hutang-hutang itu. Namun di situasi begini, semuanya jadi serba sulit. Ditambah lagi, warga yang sedang panen ditimpa masalah harga gabah yang murah. Kata dia, itu bagaikan jatuh tertimpa tangga. “Dilematis sebenarnya, mengusir kedatangan bank emok dan rentenir itu pro dan kontra mas,” ujar kades yang viral, karena profesinya sebagai tukang galon isi ulang ini. “Bagi yang mau pencairan, mereka marah. Karena harusnya dapat uang, tapi jadi gagal. Bagi yang sedang ditagih, mereka jadi senang. Karena memang tak ada uang untuk membayar,” ungkapnya.