PEMILIK LAHAN CERITAKAN RENCANA USAHANYA DI PUNCAK SEMPUR
KARAWANG- Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi mewanti-wanti agar Bupati Karawang, Cellica Nurrchadiana memberikan perhatian serius terhadap proyek penataan Puncak Sempur yang dinilai Dedi beprotensi memiliki dampak longsor. “Buat Teh Celli, tolong ini dilihat. Ini memiliki risiko yang sangat tinggi terhadap lingkungan yang ada di bawahnya, kalau sudah jadi bencana semua orang kena,” ujarnya. Proyek penataan tanah di sekitaran puncak Sempur itu diketahui diproyeksikan ke depannya akan dibuat wisata alam Glamour Camping (Glamping) di Desa Cintalaksana, Kecamatan Tegalwaru. “Ini proyek apa pak? Rawan longsor loh pak ini di puncak terus tanahnya dikupas. Sudah ada izin belum?,” tanya Dedi kepada seorang pria di lokasi proyek. Menurut Dedi, proyek wisata ini sangat berpotensi menimbulkan bencana terutama saat musim hujan. Apalagi, kata dia, proyek dikerjakan dengan cara memangkas pohon dan tanaman yang ada di sekitar. Rasa kaget Dedi kembali bertambah saat mengetahui proyek tersebut ternyata belum memiliki izin dari pemerintah daerah setempat. Hal itu diakui seorang pegawai bahwa izin masih dalam proses pengajuan. “Kalau nanti ada hujan besar biasanya melorot, batu besar aja ke bawah, apalagi batu tempel,” ucap Dedi. Dedi meminta agar proyek wisata ini dievaluasi dan dihentikan sebelum memiliki izin resmi dari pemerintah. “Karena ini tanah milik perusahaan, kewenangannya ada di pemda. Kalau tanah Perhutani sudah saya sikat,” tegas Dedi. Pemilik lahan yang menjadi viral gegara video Dedi Mulyadi itu adalah Saepul Riki. Bagi banyak orang Karawang namanya sudah tak asing. Ia merupakan pengusaha konstruksi yang saat ini terjun menggeluti bisnis industri kopi. Nama ia juga tercatat pernah menjadi salah satu komisaris Persika Karawang. Riki jauh-jauh hari sebelum video Dedi viral pernah bercerita kepada KBE belakangan ini ia lebih banyak menghabiskan waktunya di Karawang Selatan. Ia bercerita sedang menata lahan miliknya di sana. “Glamping itu baru rencana belum mulai. Yang sekarang ramai itu penataan tanah. Ya anamanya ditata pasti diperbagus, dibuat lebih aman, dan ditanami lagi pohon,” kata Riki. Jika pembuatan glamping itu baru rencana. Lain hal dengan niatannya membuat sentra perkebunan kopi khas Karawang. Di sana hampir dapat dipastikan ia pun akan membuat kebon induk kopi, dan juga sejumlah tanaman lainnya di tanah yang luasnya sekitar 2,1 hektare itu. “Khususnya picung yang fungsinya untuk nyerap air seluas kurang lebih 2,1 hektar yg didalamnya ada fasilitas warung dan saung yang terbuat dari bambu dan kayu untuk tempat istirahat,” kata dia. Riki menyebut ia saat ini sudah mulai melakukan penanaman ulang pohon. Jenis pohon yang ditanam terdiri dari berbagai macam pohon kertas. “Kurang lebih akan ditanami 20.000-an berbagai macam pohon kertas,” kata dia. Riki juga menjelaskan kenapa dia melakukan penataan tanah di lahan di sana. Kontur tanah di sana, kata Riki awal sebelum dilakukan penataan sangat terjal dan tandus. “Hanya ada pohon pisang dan turubuk,” kata Riki. Lalu kata Riki, dia melakukan terasering atau penanaman dengan undakan undakan tanah menyerupai anak tangga yang berfungsi mengurangi panjang lereng sehingga konturnya tidak terlalu curam dan aman jika dikunjungi oleh masyarakat. “Hari ini kita tata dengan membuat terasering. Dan kami tanami kembali pohon produktif,” katanya. “Sebagai antisipasi erosi di saat hujan sekarang lagi dibuat dinding penahan tanah dan crosing untuk saluran air,” tukasnya. (bbs/mhs)