Jalan Raya Syeh Quro Cilamaya, tepatnya di Jalur Kecemek – Jarong sejak dulu dikenal sebagai tempat yang rawan kejahatan. Lokasinya yang sepi dan jauh dari pemukiman warga. Membuatnya kerap jadi lokasi nyaman buat tawuran, balap liar, hingga tempat transaksi obat terlarang. BARU-baru ini, jalan tersebut kembali jadi perbincangan publik. Setelah tawuran berdarah yang melukai dua pelajar pecah disana. Bahkan, aksi keji yang dipertontonkan pelajar di bawah umur itu kemudian viral di dunia maya. Setelah salah satu kelompok merekam aksi mereka dan menyebarkannya di media sosial. Tak ingin menambah daftar panjang tragedi di Jalur Jarong. Kepala Desa Bayur Kidul, Kecamatan Cilamaya Kulon, akan membuat trobosan ekstrem dan akan merealisasikannya tahun depan. Kepada KBE, Kades Bayur Kidul, Darsono mengungkapkan, pihaknya berencana mengubah lokasi rawan kejahatan itu menjadi tempat wisata kuliner yang menjual produk-produk khas UMKM Desa Bayur Kidul. “Rencana ini sebenarnya sudah lama kita siapkan, tapi akan mulai kita bahas serius tahun ini dalam Musrenbang besok,” ungkap Darsono, Senin, (4/10) di ruang kerjanya. Dia bilang, langkah pertama yang dilakukan Pemdes Bayur Kidul saat ini yaitu mengajukan permohonan kepada Dinas PRKP Karawang untuk menambah lampu penerangan jalan umum (PJU) di sepanjang Jalur Kecemek-Jarong. Kemudian, sebelum tahun 2021 selesai, Pemdes Bayur Kidul akan membangun pos jaga 24 jam di sekitar Jalur Jarong. Dengan harapan bisa mengurangi potensi terjadinya kejahatan di jalur tersebut. “Posko ini akan dibangun di dekat gudang pupuk yang ada di Jalur Jarong. Kami sedang mengumpulkan dana, karena pos jaga ini tidak memungkinkan dibangun dengan dana desa,” kata Darsono.
“Di sini kami sangat mengharapkan peran serta masyarakat dan pengusaha, agar mau ikut andil mensukseskan rencana ini,” imbuhnya.
Darsono melanjutkan, jauh sebelum ia menjabat sebagai kepala desa. Jalur Jarong itu memang dikenal angker dan rawan kejahatan. Sebelum tawuran pelajar kemarin, beberapa bulan lalu juga ada peristiwa pembuangan mayat mahasiswa yang menggemparkan Karawang kala itu.
Padahal, kata Darsono, semenjak ia menjabat jadi kepala desa disana. Pihaknya sudah membuat jam patroli yang sangat disiplin. Mulai dari pagi, siang, sore, hingga malam hari. Perangkat desa bergantian keliling lokasi yang rawan kejahatan.