5.995 Ton Garam Numpuk di Gudang
Sebagai salah satu sentra penghasil garam di wilayah Jawa Barat, Kabupaten Karawang mampu memproduksi ribuan ton garam setiap tahun. Namun, permasalahan muncul ketika garam yang sudah diproduksi para petambak di wilayah Karawang Utara lambat diserap oleh pasar. DINAS Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Karawang mencatat, setidaknya saat ini ada 5.995 ton garam hasil produksi petambak Karawang yang menumpuk di gudang. Ribuan ton garam itu, merupakan hasil panen raya medio 2019 sampai 2021 dan tidak laku terjual. Kepala Bidang Pemberdayaan Masyarakat Perikanan, Dinas Perikanan Kabupaten Karawang, Dadan Danny Yuliandi mengatakan, sejak panen raya garam pada tahun 2019 sampai saat ini, garam hasil petambak Karawang belum terserap oleh pasar. Saat ini, kata Dadan, posisi ribuan ton garam itu dibiarkan menumpuk di gudang garam milik rakyat dan gudang garam nasional. Hal ini terjadi lantaran ketidakseimbangan antara produksi dan permintaan pasar. “Penyebabnya, kesenjangan antara demand dan supply cukup tinggi,” ujarnya, Kamis (28/10/2021) kemarin. Selain itu, lanjut Dadan, penyebab menumpuknya garam lokal asal Karawang, disebabkan oleh berlebihnya suplai. Saat ini, pasar yang ada di wilayah ini mendapat suplai garam yang cukup besar dari daerah penghasil garam lain di Indonesia. Di antaranya, dari wilayah Indramayu, Cirebon sampai Madura. “Dengan demikian, 5.995 ton garam yang dihasilkan petambak lokal kalah bersaing dengan garam dari luar. Akibatnya, stok garam cukup banyak. Namun, tak bisa terserap oleh pasar,” katanya. Dadan bilang, dampak dari kondisi ini, banyak petambak garam yang beralih profesi dengan menjadi buruh penggarap pertanian sampai menjadi nelayan.Padahal, jika dilihat dari harga, saat ini garam sedang berada di level harga stabil yakni Rp. 500 sampai Rp. 600 per kilogram di tingkat petambak. Atau, jika sudah ke gudang rakyat, harganya antara Rp. 1.000 sampai Rp. 1.200 per kilogram. “Kalau harga, saat ini cukup bagus. Namun, ya itu tadi garam kita tidak ada yang membelinya,” ujarnya. Tahun ini saja, produksi garam menurun 50 persen. Karena, selama panen raya yang berakhir September kemarin, hasil produksinya hanya 725 ton. Padahal, tahun-tahun sebelumnya hasil produksi tambak garam bisa dua sampai tiga kali lipat dari produksi tahun ini. “Penurunan produksi ini disebabkan oleh musim kemarau basah, di mana saat musim kemarau masih turun hujan,” pungkasnya. (wyd)