Dulu paparnya Batavia dan Bekasi terdapat banyak sungai dimana pada pinggiran sungai itu pasti ditanamkan perkebunan tebu, tebu itu kemudian diolah menjadi gula, mengolahnya tentu dengan alat, alat itulah yang tersisa dan kini ditemukan. Teluk Pucung dulu disebut wilayah industri karena banyak pabrik gula.
Teluk Pucung di Bekasi Utara itu, dulu lanjut Ali Anwar dikuasi tuan tanah. Mereka dari Cina, Eropa dan Arab, ada kecenderungan pabrik gula itu dibangun oleh Cina dan Eropa, pada abad ke-19.
“Itu sebabnya di Bekasi kali barat, Teluk Pucung ada kampung Teluk Pucung pabrik,” Paparnya.
Baca Juga:IBI Karawang Komitmen Tekan Angka Kematian Ibu dan AnakPJ BUPATI TEMUI PENDEMO DAN BERORASI DI MOBIL KOMANDO
Ia menilai bahwa pada saat itu para masyarakat yang di abad ke-18 maupun ke-19 banyak telah menggunakan batu sebagai alat untuk memeras tebu.
Hal ini dikarenakan, bila penggunaan bahan seperti kayu maupun besi di saat mudah dicuri maupun didaur ulang.
“Kalau balok kan mudah dicuri orang, dan Kalau besi kan kemungkinan banyak diambil dan dilebur. Kalau komponen batu itu sulit untuk mengangkatnya menggunakan apa, dan sulit diletakkan dilokasi itu,” ungkapnya.
Dari adanya penemuan tersebut, ia menduga di wilayah ditemukan batu purbakala diduga untuk memeras tebu, masih terdapat beberapa batu lainnya yang sama.
“Dugaan saya banyak dan ada, karena batu itu amat berat, karena dulu itu ada komponen-komponen apa apa, balok besi besi,” ungkapnya.
Sementara itu, Plt Wali Kota Bekasi saat melihat langsung Batu yang diduga peninggalan pabrik gula tersebut mengatakan akan coba mengamankan benda tersebut untuk diteliti lebih lanjut, yang kemudian akan ditempatkan di museum cagar budaya.
“Penemuan batu sejarah ini akan kita proses diteliti lebih lanjut, jika memang benar batu bersejarah, batu tersebut akan kita tempatkan di museum cagar budaya,” ungkap Tri Adhianto.
Baca Juga:Cikampek Bentuk Komunitas Penanggulangan TBCKecamatan Cikampek Butuh Tambahan Puskesmas Baru
Menurut penuturan informasi dari warga setempat, keberadaan batu tersebut sudah ada sejak zaman dahulu, jauh sebelum warga setempat mendirikan bangunan rumah. Untuk berat utuh batu tersebut belum diketahui, untuk satu batu yang tanggal saja diperlukan mobil Dinas Bina Marga untuk mengangkatnya.