PURWAKARTA – Sejumlah kampung di dua desa di Kabupaten Purwakarta tak layak lagi menjadi tempat hunian warga. Karena dua desa itu berada di antara pertemuan dua sesar atau patahan yang rentan terjadi bencana alam pergeseran tanah.Dua lokasi itu yaitu Kampung Cirangkong, Desa Pasanggrahan, Kecamatan Tegalwaru. Lalu, beberapa kampung di Desa Panyindangan, Kecamatan Sukatani. Berdasarkan kajian Badan Geologi menunjukan kampung-kampung yang berada di dua desa itu rawan terjadi pergeseran.“Daerah itu merupakan pertemuan antara sesar Lembang dan Sesar Baribis yang membentang hingga daerah Tangerang. Jadi, hasil kajian kami bersama Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi menyatakan jika wilayah ini tidak layak dihuni karena sangat rawan pergerakan,” ujar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Purwakarta, Yuddy Herdiana, pada Selasa (4/10/2022).Yuddy mengatakan, bencana alam pergesaran tanah di Kampung Cirangkong memang sering terjadi. Intensitas fenomena memasuki musim penghujan. Diperlukan adanya antisipasi sedini mungkin di dua desa tersebut. Tercatat, pergesaran tanah paling parah terjadi pada 2021 yang mengakibatkan 11 rumah hancur dan puluhan lainnya mengalami rusak.“Dari data yang ada di kita, Sejak 2019, 2020 dan 2021 juga sempat terjadi pergeseran tanah. Puncaknya, di 2021 yang sedikitnya 11 rumah hancur, 48 rumah rusak berat, serta 12 rumah yang rusak ringan,” kata Yuddy.Menurut Yuddy, bahkan, pada Juni 2022 lalu sebanyak 21 rumah rusak akibat pergeseran tanah. Tak hanya itu, jalan penghubung antar desa pun terputus sehingga tidak bisa dilalui kendaraan. Pihaknya juga sudah menyampaikan jika lingkungan mereka tidak layak lagi untuk ditinggali.“Tahun ini kami juga sudah melakukan Assesment. Kami tegaskan, Kampung Cirangkong memang yang paling rawan, khususnya di dua RT. Kita juga sudah menyampaikan jika lingkungan mereka tidak layak lagi untuk ditinggali,” ungkapnya.Lanjut Yuddy, pemerintah telah berupaya dengan merelokasi warga kampung tersebut secara bertahap ke tempat yang lebih aman. Mereka ditempatkan di kampung sebelah yang dinilai aman.Ditambahkannya, Bupati Purwakarta Anne Ratna Mustika bahkan sampai menyoroti langsung bencana alam pergeseran tanah di kampung tersebut. Menurut Ambu Anne sapaan akrabnya, pergeseran tanah ini akibat dari alih fungsi lahan.“Hasil dari laporan Badan Geologi, salah satu penyebabnya itu karena adanya aktivitas penambangan batu. Saya berharap, semua pihak termasuk masyarakat bersama-sama untuk bisa menjaga lingkungan,” pungkasnya. (san/rie)