Tapi anak muda nekat sedikit nakal yang pintar di mana pun tak akan pernah mau kehilangan muka. Apalagi harga diri. Gengsi di atas segala-galanya. Soekarni langsung menjawab, “Itu lain hal, Bung. Menggempur Jepang dalam satu revolusi aku berani. Tetapi akan ditangkap begitu saja karena pakaian PETA, apa gunanya?”
Bahkan dalam versi lain aku lupa pernah baca di mana. Ada penulis kenamaan yang pernah membaca dokumen saat Soekarni bukan cuma minjam pakaian, juga berisik minta bekal, karena tidak punya duit buat balik.
Dari banyak cerita heroik para anak muda memperjuangkan kemerdekaan kita bisa ambil kesiumpulan mereka cerdik, juga pintar. Nekat, tentu. Sebagian merupakan idola kaum hawa. Tapi, manusia tetap manusia, selalu ada cerita yang menunjukkan anak-anak muda itu layaknya kita yang anak muda zaman ini, saat melakukan kenekatan, banyak sikap menggelitik dan keloyo-koploan.
Baca Juga:Meriahnya Menyambut Hari Kemerdekaan di Mal Galuh MasDilepas Dani Ramdan, Jalan Sehat Disbudpora Kabupaten Bekasi Diikuti Ribuan Peserta
Bukan cuma di tahun 45, pada tahun-tahun sebelumnya, semisal tahun 28, anak muda telah memulai jalur nekat, dengan bekal akal, dan prinsip. Begitu juga setelah tahun 45, angkatan 65 dan seterusnya–upaya perubahan dan perbaikan bangsa selalu dimulai oleh mereka yang sedang menikmati indahnya bercinta sambil ajeg menginterupsi kekuasaan.
Horizon mereka luas. DNA negara ini memang perselisihan yang tua dan yang muda. Jika perselisihan itu terjadi, negara ini sedang berjalan sesuai garis nasibnya. Tapi jika anak muda sudah besekongkol dengan yang tua, itu yang tak dikenal dari sejarah bangsa ini. Celaknya, hari ini itu terjadi. Milenial masuk istana.
Padahal, dari para anak mudak tempo dulu kita yang hari ini berusia muda bisa belajar, tak apa setiap hari kita menegur penyelenggara negara, berselisih dengan politisi tua, dan cendekiawan setengah kedaluwarsa yang selalu memberi pembenaran pada kebijakan selera yang tua: dengan itu, kita sedang memastikan, juga mengupayakan, zaman kita di depan sesuai dengan kebutuhan kita. Dan sejarah mencatat, siklus perselisihan tua-muda adalah tenaga negara ini bisa bertahan sampai saat ini (*)