KBEONLINE.ID– PLKB Karawang ‘Membelah’ Gunung Sanggabuana. Wilayah Selatan Kabupaten Karawang merupakan daerah pegunungan yang dikelilingi hutan tropis yang rimbun. Disana terdapat sembilan desa dengan jumlah penduduk mencapai 39.269 jiwa (BPS:2020). Lalu, bagaimana proses penyuluhan program KB disana?
Saking jauhnya jarak antara pusat pemerintahan dengan desa-desa di tepian jurang, tak jarang Penyuluh KB (PLKB) di Kecamatan Tegalwaru melakukan pembinaan di tengah hutan. Proses konseling program KB dilakukan setidaknya tiap sebulan sekali untuk memberikan edukasi pada warga Karawang Selatan tentang pentingnya program KB.
Dalam prosesnya, para PLKB di Kecamatan Tegalwaru harus menyiapkan energi ekstra. Sebab, mereka harus membelah Gunung Sanggabuana dan menembus hutan yang rimbun untuk sampai ke desa terjauh di wilayah tersebut, yaitu Desa Kutamaneuh.
Baca Juga:Panci Gosong Kembali Seperti Baru, Gunakan Soda Kue Begini, Bunda Full SenyumKerak Wajan Membandel Hilang Sekali Cuci, Kuncinya Cuma Air Hangat
Dibutuhkan waktu sekitar satu jam perjalanan menggunakan motor trail dari Kantor Satpel PPKB Kecamatan Tegalwaru untuk sampai ke Desa Kutamaneuh. Perjalanan ini memang harus menggunakan motor trail.
Pasalnya, jalan terjal khas daerah pegunungan hampir tidak bisa dilewati dengan motor skuter metik yang kecil. Dengan motor trail saja, tak jarang PLKB harus berjibaku untuk sampai ke gerbang desa yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Purwakarta.
“Kami berangkat penyuluhan kesana pasti pagi-pagi, karena jalannya naik turun dan menembus hutan jadi kami berangkatnya harus sepagi mungkin. Kalau tidak bisa sampai ke gerbang desa, kadang kita penyuluhan di tengah hutan,” kata Cucu Andriani, Koordinator Satpel PPKB Kecamatan Tegalwaru, saat diwawancara KBE, Senin, (2/9) kemarin.
Berdasarkan laporan data di New Siga BKKBN hingga September tahun 2023 kemarin, jumlah akseptor KB di Kecamatan Tegalwaru didominasi oleh akseptor Suntik, Pil, dan Kondom.
Sementara, untuk Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) baru alat kontrasepsi Implan saja yang sudah menembus target dengan capaian 113 akseptor (111, 88%), disusul IUD dengan 13 akseptor (18, 84%), dan Metode Operasi Wanita (MOW) atau Tubektomi baru mencapai 6 akseptor (60%).
Bukan tanpa sebab, kata Cucu, melakukan pelayanan MKJP di wilayah pegunungan sangat beresiko dan memakan waktu serta biaya yang tidak sedikit. Untuk satu kali pelayanan MOW di rumah sakit saja, dibutuhkan sewa dua kendaraan.