Dengan memberikan contoh berbagai bentuk teh yang dijualnya, ia berharap dapat memikat minat para pelanggan untuk mencoba dan membeli produknya. Disinilah semua bermula. Menurut Sullivan, cara penyeduhan teh yang benar ialah membuka kantong dahulu, baru diseduh seperti biasa.
Sayangnya, para konsumen Sullivan tidak menangkap maksud itu dan malah mencelupkan kantongnya sebagai penyeduh teh. Sullivan kira produk kantong teh ini akan membuat para pelanggannya gagal paham dan menurunkan penjualan. Sehingga, ia sempat beralih dari penjualan tea bag (teh celup) menjadi loose-leaf tea (teh lepas).
Alih-alih kecewa, pelanggan Sullivan justru menyukai teh dalam kantong dan meminta agar tehnya dikemas dengan metode itu. Melihat peluang ini, Sullivan segera menawarkan kembali tehnya yang dibungkus dalam kantong untuk memenuhi kebutuhan pelanggan yang menginginkannya.
Baca Juga:Gak sakit Cabut Uban Dengan Cara Hanya Pakai Minyak Kayu Putih Cap Lang Hilang Sampai AkarJangan Langsung Buang! Silica Gel yang Biasa Ada di Kotak Sepatu Ternyata Bisa Bikin Kamar Mandi Jadi Seperti Hotel Bintang Lima
Namun, kali ini, produk teh yang ia tawarkan sudah mengalami inovasi, di mana kantong teh sudah terbuat dari kain kasa dan telah terisi dengan bahan-bahan yang lebih baik untuk seduhan, seperti kipas, batang teh yang patah, dan sisa debu teh dari pemrosesan teh.
Terlepas dari penemuan Lawson & Molaren, Sullivan, bahkan Dinasti Cina sekalipun, pada akhirnya semua bertujuan agar memudahkan pembuatan teh satu cangkir tanpa perlu membersihkan daun teh dari teko dan saringan setelahnya. Cukup buang kantong teh setelah selesai digunakan.