Memberikan kopi kepada anak yang mengalami kejang adalah sesuatu yang sering kita dengar. Bisa saja Kamu pernah mencoba ini sebelumnya. Namun, apakah benar kopi bisa menghilangkan kejang pada anak?
Selain tidak terbukti, pemberian kopi pada anak malah bisa menimbulkan masalah. Apalagi, pada anak yang masih kecil. Pada kasus ringan, kopi mungkin bisa menyebabkan Si Kecil diare.
Kafein pada kopi memiliki efek dosis-respons. Karena anak-anak lebih kecil dalam ukuran tubuh, dibutuhkan lebih sedikit kafein untuk mempengaruhi fungsi tubuh mereka. Itu artinya, anak-anak berisiko kelebihan kafein dari kopi jika mengonsumsinya.
Baca Juga:Minum Kopi Sebelum Olahraga Bisa Menurunkan Berat Badan, Cek Faktanya!Bukan Pagi atau Malam, Ini waktu terbaik Kamu Mengonsumsi Kopi
Secara pasti, memang tidak diketahui dampak kafein pada bayi dan anak-anak. Akan tetapi, pada orang dewasa, kelebihan kafein bisa menimbulkan kondisi berikut ini.
- Menimbulkan kecemasan.
- Meningkatkan denyut jantung.
- Menaikkan tekanan darah.
- Memicu refluks asam lambung.
- Mengganggu tidur.
- Menyebabkan keracunan kafein jika dosisnya sangat tinggi.
Melihat efeknya ini tentu membuat membuatmu kembali mempertimbangkan pemberian kopi untuk anak kejang.
Biasanya, kejang memiliki pemicu tertentu. Oleh karena itu, mengetahui pemicu tersebut adalah metode yang lebih bijak dalam mencegah terjadinya kejang pada anak daripada memberikan kopi.
Kejang seringkali terjadi ketika anak mengalami demam. Sebagai alternatif, kamu bisa memberikan obat penurun panas seperti paracetamol atau konsultasikan dengan dokter. Dalam beberapa situasi, kejang dapat dipicu oleh kurang tidur, kelaparan, atau paparan cahaya berkedip secara berlebihan. Jika ini merupakan penyebabnya, pastikan anak cukup tidur, makan dengan baik, dan menghindari cahaya berkedip.
Jika kejang terjadi dengan frekuensi yang signifikan, sebaiknya bawa anak ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut guna menentukan penyebab yang mendasari.Dokter mungkin meminta anak untuk menjalani berbagai tes kesehatan, seperti:
- Tes Darah dan tes urine (kencing) untuk mencari infeksi atau penyakit.
- Electroencephalography untuk mengukur aktivitas gelombang otak.
- Pemindaian CAT, MRI, dan PET/MRI untuk mendapatkan gambar otak yang sangat detail.
Jadi, jangan sepelekan kejang yang terjadi pada anak. Terutama bila ia sering mengalaminya atau durasinya berlangsungnya kejang cukup mengkhawatirkan.