“Para kiai berpendapat, ini sebagai langkah memelihara atau melanjutkan program-program lama yang bagus dan mengambil hal-hal baru yang lebih bagus,” kata Ihsanudin.
Kedua, katanya, bahwa dalam dinamika hubungan dan interaksi antara Prabowo Subianto yang merupakan Menteri Pertahanan RI dan Joko Widodo sebagai Presiden RI, dapat disimpulkan bahwa dua tokoh ini bukan hanya sekedar berhubungan simbiosis mutualisme, atau kerja sama berbasis kepentingan belaka.
“Tapi lebih dari itu, secara pribadi dan politik kebangsaan, dua tokoh ini dapat digambarkan sebagai tumbu ketemu tutup. Dinamika politik telah membuat dua orang ini adalah satu, mereka telah menjadi satu kesatuan, dipersatukan oleh dinamika bangsa,” katanya.
Baca Juga:BP Jamsostek Sasar Pekerja Informal di Tambun UtaraHeboh Rencana Galian Tanah di Pemakaman Warga Purwasari Karawang
Hal ketiga yang dapat diambil masyarakat dari pasangan Prabowo-Gibran, kata Ihsanudin, adalah untuk keberlanjutan dan keberlangsungan hubungan antara Prabowo dan Jokowi, diperlukan simbolisasi, dan hal tersebut ada pada diri Gibran.
“Masyarakat bisa melihat jelas, dipilihnya Gibran bukanlah hal yang mendadak atau sekedar reaksi terhadap kedua capras-cawapres yang lain, namun telah melalui dialektika yang cukup panjang dan komprehensif,” kata Ihsanudin.
Ia mengatakan Prabowo didaulat untuk kembali maju sebagai capres di Pilpres 2024 pun bukanlah sekedar untuk meramaikan bursa pencalonan, namun dengan tujuan agar terpilih memenangi Pilpres 2024 untuk selanjutnya dapat melaksanakan program kerja kenegaraan yang telah dicanangkan.
“Di sini, masyarakat kembali dapat mencermati bahwa berpasangan dengan Gibran adalah keputusan tepat yang telah melewati berbagai pertimbangan strategis,” kata Ihsanudin.
Hal kelima yang dapat dicermati masyarakat dari pasangan ini, katanya, termasuk di antara pertimbangan strategis tersebut adalah hasil survey internal yang independen. Arus dan suara rakyat yang menghendaki dicalonkannya Gibran sebagai cawapres Prabowo adalah sangat besar melebihi tokoh lainnya, bahkan melebihi pasangan capres cawapres lain dengan selisih angka yang meyakinkan.
“Kita tahu, Prabowo memandang survey bukanlah sekedar alat memperkirakan keadaan atau alat hisab maupun ru’yat politik. Tapi prabowo memandang survey adalah alat baca ke mana amanat rakyat akan dilabuhkan. Survey adalah mata dan telinga untuk membaca dan menerima kehendak rakyat,” tuturnya.