Pada umur 7 tahun. Imaduddin dititipkan di Madrasah Diniyah Al Hikmah dibawah asuhan KH Rashihun Fil Ilmi, ulama lulusan Tebuireng di Pendawa untuk mengaji dasar-dasar ilmu agama seperti Membaca Al Qur’an, ilmu Khat, Imla, insya, ilmu Nahwu, Kitab al Jurumiyah dsb.
Pada umur 15 tahun ia memulai pengembaraan ilmiah ke berbagai pondok pesantren.
Dalam pendidikan formal, Imaduddin tercatat sebagai siswa di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kresek III, Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) Kresek, Madrasah Aliyah (MA) Ashhabul Maimanah di Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang.
Baca Juga:Ceramah KH Imaduddin di Tambun Digeruduk Massa, Bahaya Kalau Perbedaan Pendapat dalam Beragama Melibatkan Aksi MassaWaww.. Rumah Mewah Ketua KPK Terhubung Tempat Pijat di Perumahan Gardenia Villa Galaxy Bekasi
Ia Lalu melanjutkan pendidikan ke Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Sultan Maulana Hasanuddin Banten di Serang (sekarang UIN Banten, Sarjana Agama) serta Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ), Jakarta dan memperoleh gelar Magister Agama.
Selain pendidikan formal. Imaduddin dikenal gemar mengembara mencari ilmu pengetahuan, khususnya pada sejumlah pesantren di Indonesia. Berikut daftar pesantren yang pernah dijelajahi.
– Pondok Pesantren Ashhabul Maimanah di Serang, asuhan KH Muhammad Syanwani al Bantani.
– Pondok Pesantren Riyadl al-Alfiyah di Pandeglang asuhan KH Sanja.
– Pondok Pesantren Darul Hikmah Syekh Ciliwulung asuhan KH Mufti Asnawi, Cakung Carenang.
– Pondok Pesantren At-Thohiriyah di Kaloran, Serang asuhan KH Tubagus Hasuri Bin Tohir.
– Pondok Pesantren al-Hidayah di Cisantri asuhan KH Ahmad Bustomi Pandeglang.
– Pondok Pesantren Cidahu asuhan Abuya Dimyati, Pandeglang.
– Pondok Pesantren Darul Falah, Rengasdengklok, Karawang asuhan KH Obay Hasan Bashri.
– Pondok Pesantren al-Wardayani di Sukabumi asuhan KH Badru.
– Pondok Pesantren Pertapan di Binuang, Serang asuhan KH Wasi bin Anwar.
– Pondok Pesantren Gaga di Kronjo.
– Pondok Pesantren Buniayu di Balaraja.
– Ruwaq al-Azhar di Iskandaria, Mesir dan beberapa pesantren lainnya dalam pengajian pasaran.
Dalam diri Imaduddin Utsman Al Bantani mengalir darah Nahdlatul Ulama (NU). Mengikuti jejak keluarganya. Pun sejak muda ia aktif di kepengurusan Nahdlatul Ulama.