Lebih jauh Mbak Yanthi-Ria Saryanthi biasa disapa, dalam diskusi dalam Talkshow mengatakan bahwa Sanggabuana menjadi tempat baru untuk melakukan pengamatan raptor migran. Sebelumnya para pengamat dan peneliti melakukan pengamatan di Puncak Paralayang Bogor, Gedawang di Semarang, Jawa Tengah, dan di Gunung Sega di Bali.
“Oleh karena itu, Burung Indonesia mengajak anggotanya untuk melihat burung-burung ini di Sanggabuana dalam acara tahunan Raptor Watch pada tanggal 28-29 Oktober 2023.”
Sedangkan Komarudin, Kadiv Litbang Sanggabuana Conservation Foundation (SCF) mengatakan kunjungan teman-teman dari Burung Indonesia sebanyak 25 orang ini sangat baik, dan tentu akan menambah gairah para pelaku wisata, terutama wisata minat khusus di Sanggabuana yang sudah dikembangkan.
Baca Juga:Kebakaran TPA Jalupang Berdampak pada Kesehatan Warga Sekitar, Banyak yang Terkena Gangguan PernapasanWarga Karawang Kena Cacar Monyet, Kata Dinkes Jabar Sudah Sembuh dan Pulang ke Karawang
“Kebetulan acara pengamatan ini, yang didahului dengan talkshow pada hari Sabtu merupakan rangkaian dari Festifal Raptor Migran Sanggabuana 2023. Pengamatan ini yang juga melibatkan masyarakat setempat dari berbagai kalangan selain sebagai sebuah atraksi wisata sekaligus untuk mengedukasi masyarakat, terutama dari kalangan milenial untuk lebih peduli dan ikut melakukan kegiatan konservasi di Pegunungan Sanggabuana. Apalagi kita sedang berproses untuk perubahan fungsi kawasan menjadi Taman Nasional.” Terang Komarudin yang juga merupakan anggota Sanggabuana Wildlife Ranger (SWR).
Dalam pengamatan yang dilakukan pada hari Minggu terdata ada 4 burung migran, yaitu Sikep Madu Asia (Pernis ptilorhynchus), Elang Alap Nippon (Accipiter gularis), Elang Alap Cina (Accipiter soloensis), dan Kirik Kirik Laut (Merops philippinus).
Sedangkan burung penetap yang teramati pada saat pengamatan ada 14 jenis yaitu Elang Brontok (Nisaetus cirrhatus), Elang-Ular Bido (Spilornis cheela), Bondol Peking (Lonchura punctulata), Cucak Kutilang (Pycnonotus aurigaster), Kekep Babi (Artamus leucoryn), Kapinis Jambul Kecil (Rhaphidura leucopygialis), Kapinis Rumah (Apus nipalensis), Takur Tanggeret (Psilopogon australis), Cabai Bunga Api (Dicaeum trigonostigma), Cinenen Pisang (Orthotomus sutorius), Cekakak Sungai (Todiramphus chloris), Jingjing Batu (Hemipus hirundinaceus), Srigunting Kelabu (Dicrurus leucophaeus), Merbah Cerukcuk (Pycnonotus goiavier).
Pada saat pengamatan, raptor migran yang terpantau pada pagi hari memang tidak banyak. Tapi pada minggu sebelumnya, dalam penghitungan yang dilakukan oleh Divisi Konservasi Keanekaragaman Hayati SCF dalam satu hari terpantau lebih dari 700 ekor burung pemangsa yang melakukan migrasi dan melewati kawasan Puncak Sempur di lereng Pegunungan Sanggabuana.