Memanasnya kondisi Palestina dan Israel akhir-akhir ini membawa kita kembali pada perisitwa Nakba 1948. Peristiwa ini menjadi salah satu peristiwa yang penuh makna dalam sejarah Palestina . Ini karena menggambarkan pengusiran dan pembersihan etnis terhadap ratusan ribu warga Palestina oleh Zionis pada tahun 1948.
Menurut laporan dari Al Jazeera pada Kamis (19/10/2023), sekitar 700 ribu orang Palestina kehilangan tanah air, rumah, dan harta benda mereka akibat kekejaman tentara Zionis. Meskipun tragedi ini telah terjadi, peristiwa Nakba tetap mempertahankan sejarah dan makna yang tak terlupakan hingga kini.
Sebelum Nakba, Palestina adalah wilayah multietnis dan multireligius yang dihuni oleh Muslim, Kristen, dan Yahudi. Sebagai bagian dari Kekaisaran Ottoman hingga 1917, Inggris kemudian menguasai wilayah ini setelah Perang Dunia I.
Baca Juga:Kenapa Air Garam Bisa Redakan Gusi Bengkak? Ini Jawabannya!Makin Brutal, Israel Menyerang Daerah Sekitar Rumah Sakit Al-Shifa Lewat Jalur Udara
Masa mandat Inggris di Palestina menyaksikan gelombang imigrasi Yahudi dari Eropa dan Rusia, mendorong oleh ideologi Zionisme yang menginginkan pendirian negara Yahudi di tanah suci.
Namun, imigrasi Yahudi ini menimbulkan konflik dengan penduduk asli Palestina, yang merasa hak-hak mereka terancam oleh rencana pembentukan negara Israel. Terjadi berbagai bentuk perlawanan dan protes warga Palestina menentang kebijakan Inggris yang mendukung Zionis.
Selama Perang Dunia I
Pada tahun 1874, jumlah penghuni Palestina sekitar 14.000 orang Yahudi yang tinggal bersama 426.000 orang Arab. Keadaan ini kontrast dengan situasi di Eropa, di mana terdapat kebencian terhadap bangsa Yahudi (antisemitisme).
Di Eropa pada abad ke-19, orang Yahudi mengusulkan ide pembentukan negara khusus untuk menghentikan rasialisme dan antisemitisme. Gagasan ini muncul dari jurnalis Austria-Hungaria, Theodor Herzl, yang diakui sebagai bapak zionisme pada tahun 1896. Herzl terpilih sebagai presiden Kongres Zionis Pertama yang diadakan di Basel, Swiss.
Zionisme menjadi ideologi kebangsaan orang Yahudi. Selama masa akhir Kekaisaran Ottoman dan penerapan status Mandat Britania di Palestina, banyak orang Yahudi bermigrasi ke Palestina. Hal ini terjadi akibat penganiayaan di Eropa dan Rusia.