Peristiwa Nakba 1948: Warga Palestina Terusir dari Tanah Air dan Berdirinya Israel

Peristiwa Nakba (Foto: ArabCenterDC)
Peristiwa Nakba (Foto: ArabCenterDC)
0 Komentar

Pimpinan gerakan Zionis, termasuk Herzl, memikirkan cara mendirikan negara Yahudi di Palestina, meskipun wilayah tersebut sudah menjadi tempat tinggal oleh generasi sebelumnya.

Upaya “pemindahan” penduduk yang sudah tinggal di sana menjadi pertimbangan, dengan tindakan yang harus mereka lakukan dengan hati-hati.

Gerakan Zionis juga melibatkan upaya memperoleh tanah untuk negara Yahudi. Pada tahun 1901, Kongres Zionis Kelima mendirikan JNF (Jewish National Fund), yang sering terlibat dalam perampasan tanah dan hak milik warga Palestina.

Baca Juga:Kenapa Air Garam Bisa Redakan Gusi Bengkak? Ini Jawabannya!Makin Brutal, Israel Menyerang Daerah Sekitar Rumah Sakit Al-Shifa Lewat Jalur Udara

Tanah yang mereka kuasai umumnya milik petani kecil Arab yang telah dimiliki keluarganya selama berabad-abad. JNF berupaya “menebus” tanah ini untuk mendukung koloni Yahudi Eropa.

JNF menjadi kunci dalam memperoleh tanah untuk perusahaan Zionis di Palestina, sering kali membeli tanah dari pemilik besar Kekaisaran Ottoman yang tinggal di luar negeri.

Pada tahun 1938, ketika komunitas Yahudi di Palestina berkembang, pemindahan penduduk menjadi fokus utama dalam pertemuan Yishuv (lembaga eksekutif penduduk Yahudi). Arthur Ruppin, kepala Yishuv, bahkan menyatakan keyakinannya dalam pemindahan seluruh desa, bukan pemindahan perorangan.

Semua ini menjadi latar belakang munculnya peristiwa Nakba 1948. Instruksi tersebut diimplementasikan setelah berdirinya Israel pada tahun 1948 hingga saat ini.

Perubahan dalam kepemilikan lahan semakin mencuat selama Perang Dunia I, ketika Timur Tengah menjadi medan pertempuran untuk menggulingkan Kekaisaran Ottoman. Inggris, yang berkuasa di Palestina dan wilayah Levant lainnya, memberikan janji untuk masa depan bangsa Arab dan Yahudi Zionis.

Migrasi ini menyebabkan Zionis mengambil alih banyak tanah yang sebelumnya milik bangsa Arab Palestina. Tentu hal ini memicu konflik etnis dan agama yang mencapai puncaknya pada 1936.

Palestina menjadi semakin sulit dikelola dengan teror yang gencar dilakukan oleh kelompok milisi Zionis. Kelompok ini menuntut pendirian negara Yahudi di seluruh wilayah Palestina, termasuk sebagian dari negara Arab tetangga seperti Yordania.

0 Komentar