Selama periode Mandat Britania di Palestina, kelompok teroris Irgun sangat aktif. Meskipun Inggris dan AS menganggap sebagai organisasi teroris, Irgun melakukan serangkaian pengeboman dan serangan di Palestina antara tahun 1937 hingga 1948. Aksi ini menewaskan ratusan warga sipil. Puncaknya adalah pengeboman Hotel King David di Yerusalem pada 1946.
Kelompok teroris lainnya adalah Lehi, dengan pendirinya adalah Abraham Stern pada 1940. Serangan Lehi menyasar orang Inggris dan Arab, bahkan membunuh Menteri Residen Inggris untuk Timur Tengah, Lord Moyne, pada 1944.
Kedua kelompok bersenjata ini bersatu dalam penyerangan terkenal terhadap desa Deir Yasin pada 16 April 1948, dekat dengan Yerusalem. Serangan ini memicu berbagai tanggapan, termasuk kecaman dari ilmuwan terkenal Albert Einstein.
Baca Juga:Kenapa Air Garam Bisa Redakan Gusi Bengkak? Ini Jawabannya!Makin Brutal, Israel Menyerang Daerah Sekitar Rumah Sakit Al-Shifa Lewat Jalur Udara
Pembantaian di Deir Yasin menjadi bagian dari sejarah peristiwa Nakba, di mana pengusiran penduduk juga terjadi di Haifa, Jaffa, dan Yerusalem.
Pembantaian dan pengusiran ini menyebabkan warga Palestina menjadi pengungsi, sementara tanah mereka dikuasai oleh kelompok zionis yang berusaha mendirikan negara Israel.
Konflik ini mendapat perhatian PBB. Kemudian pada November 1947, Majelis Umum PBB menyimpulkan bahwa satu-satunya cara untuk mencapai perdamaian adalah dengan membagi populasi menjadi “negara Arab dan Yahudi yang merdeka.”
Kelompok Arab banyak yang menolak pembagian negara ini. Sehingga kondisinya semakin rumit ketika kelompok zionis memproklamasikan kemerdekaan Israel pada 15 Mei 1948 sesuai dengan resolusi PBB.
Konflik ini memicu ketegangan antara Israel yang baru berdiri dengan negara-negara Arab tetangganya. Memulai Perang Arab-Israel 1948, atau kita kenal sebagai Perang Arab-Israel Pertama.
Perang ini menyebabkan pengusiran massal warga Palestina, yang menjadi pengungsi. Meskipun Israel memberikan kesempatan bagi mereka untuk menjadi warganya, sebagian besar tanah mereka terambil.
Antara tahun 1948 dan Perang Enam Hari pada tahun 1967, sekitar 172.973 hektar tanah milik warga Palestina mereka rebut. Ratusan ribu warga Palestina menjadi pengungsi dengan nasib yang tidak pasti. Bagi warga Palestina lain yang masih memiliki tanah, tantangan masih berlanjut setelah tahun 1967 hingga saat ini.***