“Zara tahu apa yang dilakukannya. Jangan sedetik pun percaya bahwa kampanye ini terjadi secara organik dan polos. Mengapa mereka belum mengklarifikasi kesalahpahaman tersebut? Diberi pernyataan? Minta maaf atas simbolismenya?”, kata salah satu pengguna di X.
Sentimen serupa juga disampaikan oleh orang lain, salah satunya berkomentar, “Apakah menurut Anda 20.000 orang terbunuh, dan wajar jika Anda menggunakan kematian mereka sebagai metode pemasaran? Jangan keluar dan mengatakan kamu tidak bermaksud… menjijikkan.”
Yang lain menunjukkan bahwa perusahaan tersebut tidak asing dengan sikap pro-Israel. “Saya masih ingat ketika kepala desainer wanita Zara, Vanessa Perilman, mengirimkan pesan rasis kepada model Palestina Qaher Harhash untuk konten Palestina-nya pada tahun 2021. Dia tidak menerima tindakan disipliner.”
Baca Juga:8 Anak di Jatiluhur Terimbas Sambaran Petir, Gangguan Kesehatan akibat Petir Bisa Muncul Beberapa Bulan KedepanGawat, Klaim Palsu BPJS Kesehatan Hampir Tembus Rp. 1 Triliun: Banyak Klaim Tindakan Medis yang Dipecah-pecah
Setahun sebelumnya, publik mengecam Zara setelah kepala desainer departemen wanita, Vanessa Perilman, melontarkan komentar kontroversial dalam pesannya kepada seorang model Palestina.
“Mungkin jika rakyat Anda berpendidikan maka mereka tidak akan meledakkan rumah sakit dan sekolah yang didanai Israel di Gaza,” tulis Perilman kepada Qaher Harhash, seorang model Palestina dari wilayah pendudukan Yerusalem timur.
Beberapa fasilitas kesehatan dan pendidikan terkena serangan udara Israel pada pertengahan 2021 selama kampanye pengeboman brutal yang menewaskan lebih dari 250 warga Palestina, termasuk 67 anak-anak di Jalur Gaza yang terkepung.
“Orang Israel tidak mengajari anak-anak untuk membenci atau melempari tentara dengan batu seperti yang dilakukan masyarakat Anda,” tulis Perilman.
Zara didirikan di Spanyol pada 1975. Jaringan ini memiliki lebih dari 2.000 toko di lebih dari 90 negara termasuk Indonesia. **