Sejak diserahkan, nama Indonesia tidak diganti. Mereka juga mempertahankan nama-nama khas Indonesia lainnya. Misalnya nama-nama ruangan. Tiap ruang diberi nama pulau-pulau yang ada di Indonesia. Ads Ruang Jawa, Ruang Sumatera, Ruang Sulawesi, dan seterusnya. Guest house-nya diberi nama Wisma dr Joserizal. Itu untuk mengabadikan nama dokter Joserizal, pendiri dan ketua presidium MER-C yang pertama. Nama Joserizal sangat legendaris di MER-C. Ia lulusan
SMAN 2 Padang yang masuk FK Universitas Indonesia. Ayahnya profesor, pun ibunya. Sang ayah seorang wartawan sebelum akhirnya menjabat rektor Universitas Andalas, Padang.
Almarhum Jose-lah yang sering ke Gaza –pun ketika sudah sakit-sakitan.
Apakah pemerintah Indonesia tidak ikut menyumbang? Tidak. Pemerintah sudah menyumbang Palestina Rp 2 miliar. Uang itu diserahkan ke Bank Pembangunan Islam (IDB). MER-C pernah berusaha mendapatkan uang tersebut. Khususnya saat kepepet harus membayar kontraktor. Tapi IDB sudah telanjur mengalokasikannya ke RS AsSifa, di Gaza bagian tengah.
Baca Juga:Kapolsek: 3 Korban Bentrok 2 Ormas di Purwasari Dirawat di RSUD KarawangRawan Banjir, Beberapa TPS di Cikarang Selatan Dipindahkan ke Lokasi Aman
Ada cerita lucu saat membangun RS Indonesia. MER-C melihat: alat untuk membangunnya dibeli dari Israel. Pun bahan-bahannya.
“Rupanya hubungan dagang antara Hamas dan Israel berjalan normal. Tidak terganggu,” ujar dokter Ben lantastersenyum.
Uang memang tidak berideologi. Tidak pula beragama. Pun sampai hari ini, mata uang yang dipakai transaksi sehari-hari rakyat Gaza adalah Shekel –mata uang Israel. Palestina belum punya mata uang. Belum punya bank sentral.
Hamas sangat benci Israel. Tapi sangat cinta uangnya. (Dahlan Iskan)