Ada beragam hidangan yang biasanya disajikan dalam perayaan Tahun Baru Imlek oleh masyarakat keturunan Tionghoa, mulai dari buah jeruk Mandarin, mi panjang umur (Siu Mie), hingga sayur hijau tumis. Salah satu hidangan yang sudah lama populer dan menjadi ikon Imlek adalah kue keranjang.
Kue keranjang atau Nian Gao memiliki rasa manis dan penampilan mirip dodol, dengan bahan dasar tepung ketan dan gula. Proses pembuatannya melibatkan pencampuran tepung ketan dan gula dengan air, kemudian dikukus selama beberapa jam hingga menghasilkan karamel berwarna cokelat tua. Hasilnya adalah hidangan kenyal dan lengket dengan cita rasa manis. Cara memasaknya pun bervariasi, bisa dikukus, digoreng, atau dikonsumsi dingin.
Seiring menjelang Tahun Baru Imlek, banyak pedagang mulai menjual kue keranjang, yang memiliki arti “kue tahun baru.” Meskipun sering dinikmati sebagai hidangan penutup atau dessert dalam perayaan Imlek, awalnya kue keranjang digunakan sebagai persembahan dalam ritual perayaan.
Baca Juga:3 Resep Makanan Berkuah, Paling Enak Disantap Saat Perayaan ImlekDipercaya Bawa Keberuntungan, 7 Makanan ini Wajib Kamu Konsumsi Saat Perayaan Imlek
Di Indonesia, kue keranjang juga dikenal sebagai kue bakul. Namun, bagaimana sejarah dan makna kue keranjang ini dalam konteks kuliner masyarakat Tionghoa? Dalam rangkuman dari berbagai sumber, berikut adalah ulasan mengenai sejarah dan makna kue keranjang dalam perayaan Tahun Baru Imlek:
Sejarah Kue Keranjang
Sejarah kue keranjang memiliki banyak versi, namun kebanyakan bersumber dari legenda atau mitos populer di masyarakat Tionghoa. Salah satu cerita menyebut bahwa kue ini diciptakan sebagai persembahan licik kepada Dewa Dapur, yang diyakini bersemayam di setiap rumah.
Menurut cerita rakyat Tiongkok, Dewa Dapur membuat “laporan tahunan” kepada Kaisar Giok pada akhir tahun. Untuk mencegah Dewa Dapur memberikan laporan buruk tentang rumah mereka, masyarakat memberikan persembahan berupa Nian Gao atau kue keranjang sebagai ‘penutup mulut’. Kue ini disiapkan sebagai persembahan sebelum Tahun Baru Imlek untuk menjaga keberuntungan keluarga.
Versi lain legenda mengaitkan kemunculan kue keranjang dengan keberadaan monster bernama Nian di dataran China. Monster tersebut, yang menghuni sebuah gua selama musim dingin, biasanya memburu manusia saat hewan-hewan lain bersembunyi. Seorang tokoh bernama Gao dari desa setempat datang dengan ide brilian untuk membuat kue dari campuran gula dan tepung beras ketan sebagai umpan untuk monster Nian. Akhirnya, monster itu diusir dan makanan tersebut menjadi dikenal sebagai nian gao atau kue keranjang.