Sosok Buya Syakur, Kiai Pembaharu yang Betah di Pesantren, Kajian Keislamannya Mencerahkan dan Tersebar di Medsos

Sosok Buya Syakur, Kiai Pembaharu yang Betah di Pesantren
Sosok Buya Syakur, Kiai Pembaharu yang Betah di Pesantren
0 Komentar

KBEONLINE.ID- Inilah sosok Buya Syakur, kiai pembaharu yang betah di pesantren. Kajian Keislamannya mencerahkan dan tersebar di media sosial saat ini.

KH Abdul Syakur Yasin, MA atau biasa dikenal dengan panggilan Buya Syakur, adalah seorang ulama Indonesia dan pendiri Pondok Pesantren Cadangpinggan.

Buya Syakur dilahirkan di Kertasemaya- Indramayu pada tanggal 2 Februari 1948 dari pasangan KH. Moh Yasin Ibrohim dan Nyai Hj. Zaenab.

Baca Juga:Innalillahi, Ulama Kharismatik dan Pemikir KH Buya Syakur Pulang ke RammatullahInilah Suasana Saat Ossy Claranita Nanda Pura-pura Menangis di Depan Polisi Soal Kematian Suaminya, Eh Ternyata Dia Dalang Pembunuhannya..

Di masa kecilnya, Buya Syakur menghabiskan waktunya di lingkungan pondok pesantren.

Beliau menyelesaikan pendidikan dasar di SD Darul Hikam-Cirebon.

Pada tahun 1960, Buya kemudian diminta secara pribadi oleh KH. Sanusi, salah satu pengasuh Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin, untuk tinggal di pesantren.

KH. Sanusi adalah salah satu guru dari ayahanda Buya Syakur.

Selama kurang lebih 12 tahun, beliau secara intensif menggali pengetahuan keagamaan dari Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon.

Di sana buya menamatkan MTS pada tahun 1963, PGA 1966 dan SPIAIN 1969.

Sesuai arahan ayahnya, beliau melanjutkan mengaji pada kiai Rumli di Tegalgubug untuk memperdalam ilmu mantiq dan balaghoh sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan di luar negeri.

Setelah selesai menempuh pendidikan di pondok pesantren Babakan Ciwaringin dan Tegalgubug, beliau melanjutkan pendidikannya menuju Timur Tengah melalui jalur beasiswa pada tahun 1971.

Irak adalah negara pertama yang beliau tuju.

Selama di Irak, beliau bersama Muzammil Basyuni, Irfan Zidni, Kyai Masyhuri, Munzir Tamam.

Pada tahun 1972, beliau melanjutkan pendidikanya di Syria kemudian diangkat menjadi ketua PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia) Syria.

Baca Juga:Ossy Claranita Nanda Dalangi Pembunuhan Suami Gara-gara Ketahuan Selingkuh, Ramai di Medsos Ia PL di Tempat KaraokeTMP Karawang Desak Bawaslu Tindak Cellica dan Dinkes Sanksi ASN yang Terlibat Politik Praktis

Dalam menyelesaikan S1 nya, beliau menulis karya tentang Kritik Sastra Objektif Terhadap Karya-karya Yusuf As-Siba’i (Novelis Mesir).

Setelah menyelesaikan studi di Syria, beliau melanjutkan ke Lybia, belajar di Fakultas Sastra jurusan sastra Arab serta mendalami ilmu Alquran dari tahun 1977 sampai tahun 1979 dan selama belajar disana, beliau diangkat jadi ketua PPI Lybia.

0 Komentar