Memiliki bentuk bulat bervolume, dengan cita rasa yang konsisten saat dimakan. Itu adalah ciri kue bakul atau kue keranjang, salah satu hidangan khas Tahun Baru Imlek yang selalu tersedia selama perayaan ini.
Menjelang Tahun Baru Imlek, para penjual biasanya mulai menawarkan kudapan ini. Komunitas keturunan Tionghoa di Indonesia pun lezat untuk dinikmati dan juga untuk keperluan ritual sembahyang. Pasti sudah familiar dengan penampilan dan rasanya yang lezat dari kue bakul. Tapi, tahukah kamu tentang asal usulnya?
Menurut legenda, awalnya makanan ini disajikan sebagai persembahan untuk monster, lho! Daripada penasaran, berikut ini 3 sejarah legendaris kue keranjang.
Baca Juga:Menu Wajib Saat Imlek, Apa Itu Kue Keranjang?Panganan Khas Imlek, Begini Resep Mooncake Hanya dengan Satu Alat
Dihormati untuk Dewa Tungku
Asal-usul kemunculan kue bakul kebanyakan bersumber dari legenda atau mitos yang populer di kalangan masyarakat. Salah satu legenda menyatakan bahwa makanan khas Imlek ini awalnya dipersembahkan khusus untuk Dewa Tungku (Cau Kun Kong).
Masyarakat Tionghoa percaya bahwa setiap rumah memiliki Anglo (tempat masak) yang dihuni oleh Dewa Tungku. Dewa tersebut dikirim oleh Raja Surga (Giok Hong Siang Te) untuk mengawasi perilaku penghuni rumah dalam memasak sehari-hari.
Setelah menguraikannya, Dewa Tungku pulang ke surga untuk memberikan laporan kepada Raja Surga. Sang dewa selalu pulang pada tanggal 24 bulan ke-12 kalender Cina, yakni enam hari sebelum perayaan Imlek.
Agar laporan yang disampaikan oleh dewa tersebut baik, masyarakat Tionghoa zaman dulu sengaja menyajikan kue bakul. Tekstur lengketnya dianggap tidak mampu mencegah Cau Kun Kong mengucapkan hal-hal negatif tentang keluarga tempat ia ditugaskan.
Legenda ini menjadi alasan mengapa masyarakat etnis Tionghoa tradisional selalu membuat banyak kue keranjang menjelang Tahun Baru Imlek.
Nian, Raksasa Pemakan Manusia
Legenda lain mengatakan bahwa terciptanya kue bakul berasal dari cerita tentang keberadaan monster bernama Nian di dataran Cina. Menurut kepercayaan masyarakat, nama “Nian” diambil dari gunung tempat monster tersebut berada. Nian, raksasa pemakan manusia, tinggal di sebuah gua di gunung tersebut.
Nian sebenarnya memangsa hewan, namun saat musim dingin tiba, hewan-hewan tersebut bersembunyi dan hibernasi. Akibatnya, Nian beralih berburu manusia untuk dijadikan santapannya.