KBEONLINE.ID– Sepanjang sejarah, setidaknya ada 21 kematian di luar angkasa yang telah dilaporkan. Menurut Jimmy Wu, kepala insinyur dari Translational Research Institute for Space Health di Baylor College of Medicine di Texas, kerusakan tubuh manusia di luar angkasa akan sangat berbeda dengan kerusakan tubuh manusia di Bumi.
Menurut Wu, seperti yang dilaporkan oleh Live Science, semua cairan tubuh termasuk yang ada di kulit, mata, mulut, telinga, dan paru-paru-akan langsung berubah menjadi gas karena kondisi vakum bertekanan rendah di luar angkasa.
Radiasi yang berlebihan di luar angkasa juga dapat mempercepat proses kerusakan tubuh. Ikatan karbon tubuh dapat dipecah oleh radiasi ini, sehingga merusak otot dan kulit.
Baca Juga:Suzuki Memperluas Jangkauan Produksi di Indonesia dengan Penambahan Model Baru!Ini Dia Xiaomi 14 Pro Titanium: Smartphone Terbaru dengan Fitur Koneksi Satelit yang Revolusioner!
Suhu ruang angkasa yang sangat rendah juga akan berdampak pada kesehatan manusia. Sebagian besar air yang tersisa di dalam tubuh mungkin akan membeku, seperti tubuh mumi. Menurut Wu, tubuh yang mengalami dehidrasi dan membusuk tentu akan tampak mengerut.
1. Tabrakan
Menurut Myles Harris, kandidat doktor di Institute for Risk and Disaster Reduction di University College London, posisi jenazah harus diposisikan dengan benar di luar angkasa. Akibatnya, ada kemungkinan bahwa tubuh-tubuh itu akan bertabrakan dengan satelit dan sampah antariksa.
Badan Aeronautika dan Ruang Angkasa Nasional AS (NASA) menyarankan astronot yang tersisa untuk terbang lebih jauh untuk menghindari tabrakan dan potensi cedera. Kemudian, jenazah rekannya diposisikan di luar orbit planet.
Jika tidak, sisa-sisa pesawat ruang angkasa yang terlontar akan masuk ke orbit. Hingga bertabrakan dengan objek luar angkasa lain, jasad itu akan terdorong ke arah di mana ia ditempatkan.
Gaya gravitasi secara bertahap akan menarik benda-benda tersebut ke arah Bumi jika tidak bertabrakan. Sindrom ini umumnya bermanifestasi ketika kematian terjadi kurang dari 2.000 kilometer dari Bumi. Tubuh mungkin akan terbakar sebelum menyentuh bumi jika ia kembali memasuki atmosfer.
2. Dekomposisi oleh Bakteri
Ketika seseorang meninggal dunia, bakteri di dalam jasadnya di luar angkasa juga langsung memulai proses pembusukan. Menurut sebuah penelitian ISS, mikroorganisme dapat bertahan hidup di luar angkasa hingga tiga tahun.