Ini adalah waktu untuk introspeksi diri, tobat, dan meminta maaf, karena orang-orang beriman menyadari kekurangan mereka dan berusaha untuk memperbaiki diri secara spiritual.
Nabi Muhammad (semoga damai tercurah kepadanya) mendorong para pengikutnya untuk mencari Lailatul Qadar dalam sepuluh hari terakhir Ramadan, terutama selama malam-malam ganjil.
Beliau menasihatkan mereka untuk terlibat dalam ibadah, do’a, dan mengingat Allah selama waktu ini, mengetahui bahwa pahala atas usaha mereka diperbanyak banyak pada malam yang diberkati ini.
Baca Juga:Begini Respon Bupati Aep pada Anak Penderita Gizi Buruk di KlariDani Ramdan Pastikan Kelancaran Arus Mudik di Kabupaten Bekasi
Sepanjang sejarah Islam, banyak laporan dan tradisi telah menyoroti pentingnya Lailatul Qadar dan berkah yang dalam yang terkait dengannya.
Banyak sahabat Nabi Muhammad (semoga damai tercurah kepadanya) melaporkan pengalaman spiritual luar biasa dan menyaksikan tanda-tanda keridhaan ilahi pada malam ini. Kisah-kisah ini menjadi sumber inspirasi dan dorongan bagi umat Islam untuk berusaha sungguh-sungguh dalam mencari Lailatul Qadar dan memaksimalkan ibadah mereka selama waktu yang penuh berkah ini.
Sebagai kesimpulan, Lailatul Qadar memiliki tempat istimewa di hati umat Islam di seluruh dunia sebagai malam dengan makna spiritual yang sangat besar dan berkah ilahi.
Ini adalah waktu untuk refleksi, pengabdian, dan do’a, karena orang-orang beriman mencari pengampunan, petunjuk, dan rahmat dari Allah. Muslim didorong untuk memanfaatkan sebaik mungkin malam yang diberkati ini dengan terlibat dalam tindakan ibadah dan mendekatkan diri kepada Pencipta mereka dengan ketulusan dan kerendahan hati.
Ektase Ibadah Puasa
Dalam ilmu tasawuf Islam, “ektase” merujuk pada pengalaman spiritual yang mendalam dan intens di mana seseorang merasakan hubungan yang sangat kuat dengan Tuhan atau Yang Ilahi.
Ini adalah pengalaman ekstatis di mana individu merasa terhubung secara langsung dengan realitas spiritual yang lebih tinggi, melampaui batasan dunia fisik.
Ektase dalam tasawuf sering kali dianggap sebagai momen di mana individu merasakan kehadiran langsung Allah dalam kesadaran mereka. Mereka mungkin mengalami keadaan yang disebut sebagai “fana”, di mana ego atau kesadaran diri mereka tampaknya lenyap atau terlarut dalam kesatuan dengan Yang Ilahi.