”Modal saya jualan nasi uduk hanya pas-pasan, dari keuntungan didapat, hanya bisa untuk makan keluarga dengan lauk yang seadanya. Ketika peristiwa naas dihari itu menimpa kami, beras yang telah dicuci oleh istri saya dan sedianya itu akan dijadikan nasi uduk untuk dijual di pasar Proklamasi, jadi batal untuk kami olah menjadi nasi uduk. Sekarang, kami tak lagi ada modal usaha, bahkan untuk makan keluarga, kami dibantu oleh tetangga yang iba melihat musibah menimpa hidup kami,” ungkap Kacung diamini oleh Ny.Acih istrinya.
Dikutip dari suryadinamika, di rumah itu sampai sekarang memang masih numpuk serpihan genteng yang manakala peristiwa itu terjadi amburadul berserakan di lantai,
Di bagian pojok dinding rumah nampak terjadi pecah, tembok itupun rawan ambruk hingga dikhawatirkan sewaktu-waktu rentan roboh dan mengancam keselamatan penghuni.
Baca Juga:Cara Mencegah dan Mengobati Penyakit Pasca Lebaran: Kolesterol tinggi, Mag dan gerd, Diare dan ISPA Â Skema Contra Flow Dinilai Salah Satu Penyebab Kecelakaan Maut di Tol, Polri Merevisi Saat Arus Balik Ini
Sementara meteran pencatat pulsa KWH listrik yang nampak rusak gosong dan telah digunting dari kedudukannya semula pada dinding rumah.
Kacung mengaku, KWH meter listrik itu digunting oleh petugas PLN Rengasdengklok, katanya.
”Sekarang di rumah kami tak lagi ada aliran setrum. Untuk penerangan rumah, kami dibantu oleh tetangga yang iba dengan penderitaan hidup tengah kami hadapi.
Entah sampai kapan, kami harus hidup begini. Semoga pemerintah Kabupaten Karawang dan PLN memiliki nurani kemanusiaan, memiliki perasaan iba, memiliki rasa peduli ,atas penderitaan menimpa keluarga ini, pungkas Kacung.
Karena sebuah musibah keluarga tak mampu semacam Kacung benar-benar tak berdaya untuk bangkit. Harusnya negara hadir saat rakyatnya menderita. **