KBEONLINE.ID– Menurut Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (Gapki), ada kampanye negatif terhadap minyak kelapa sawit Indonesia yang disebarkan oleh anak muda, influencer, dan selebritis di India.
Fenny Sofyan, Kepala Departemen Hubungan Masyarakat Gapki, menyatakan bahwa anak muda dan artis di India telah mulai menyebarkan informasi yang tidak benar dan melabeli produk yang terbuat dari kelapa sawit Indonesia sebagai produk yang tidak sehat. Kaum muda dan selebriti India telah menyatakan dengan jelas bahwa mereka tidak ingin menggunakan produk-produk yang terbuat dari minyak kelapa sawit dari Indonesia.
Ia juga mengatakan bahwa pada kenyataannya, India sangat bergantung pada minyak kelapa sawit Indonesia, dan India merupakan negara yang paling sering mengirim produk minyak kelapa sawit Indonesia.
Baca Juga:Peternak Tak Dapat Keuntungan Dari Harga Jual, Kok Bisa?BMKG Peringatkan Hujan Lebat di Sejumlah Wilayah Meski Sudah Masuk Musim Kemarau
“Di masa lalu, prasangka dan kampanye anti-minyak sawit menjadi perdebatan di Eropa. Sekarang tidak perlu diragukan lagi: India adalah salah satu importir terbesar minyak sawit dan negara yang sangat bergantung pada minyak sawit Indonesia. Namun, kaum mudanya kini mulai menentang minyak sawit,” ujar Fenny dalam perbincangan dengan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) pada hari Kamis, (04/07), di Auditorium Kementerian Pertanian (Kementan) Jakarta.
Menurut Fenny, anak-anak muda dan selebriti di India sering membawa poster atau iklan yang menekankan risiko kesehatan yang terkait dengan minyak kelapa sawit Indonesia. Ia mengatakan bahwa selama pandemi COVID-19, anak muda dan selebritis India mulai menekankan nilai kesehatan.
Puluhan ton kelapa sawit diangkut sepanjang hari dari distrik Cimulang di pabrik. Kementerian Pertanian melaporkan bahwa secara keseluruhan terdapat 14,03 juta hektar lahan kelapa sawit di Indonesia, dimana 5,61 juta hektar diantaranya dimiliki oleh perorangan. Dengan 33,52 juta ton yang diekspor pada tahun 2017, minyak kelapa sawit (CPO) tetap menjadi produk ekspor terpenting Indonesia.
“Kampanye negatif di India lebih berfokus pada dampaknya terhadap kesehatan. Pada kenyataannya, pemahaman yang lebih besar tentang kesehatan muncul dari pandemi COVID-19. Ini adalah argumen yang berguna bagi para penentang kelapa sawit,” ujarnya.
Fenny menyimpulkan bahwa Pemerintah Indonesia dan pelaku usaha kelapa sawit tidak boleh membiarkan kampanye negatif ini menyebar lebih jauh di luar kendali. Menurutnya, Gapki, Malaysian Palm Oil Association, dan CPOPC baru-baru ini telah mulai mempromosikan pesan-pesan yang baik mengenai kelapa sawit.