“Karena harga ayam hidup ketika harga DOC di bawah Rp6.000, harganya Rp20.000, sekarang dengan harga DOC yang sudah naik Rp8.000 pun, harga jual ayam hidup di kandang rata-rata nasional masih Rp19.000-Rp20.000 per kg, belum ada kenaikan,” katanya.
Menurut Pardjuni, peternak mandiri yang mengalami kerugian bukanlah pihak yang diuntungkan, melainkan hanya dinikmati oleh produsen pakan ternak dan bibit DOC. Selain itu, daging ayam ras mengalami deflasi sebesar 0,05% pada dua bulan terakhir di bulan Mei dan Juni 2024. Ia mengklaim bahwa deflasi terjadi akibat penurunan daya beli masyarakat, yang mendorong turunnya harga meskipun peternak memiliki biaya produksi yang tinggi.
“Tidak benar jika dikatakan bahwa masyarakat atau petani diuntungkan oleh situasi deflasi saat ini. Pada kenyataannya, deflasi adalah hasil dari penurunan daya beli masyarakat. Deflasi, menurut saya, tidak meningkatkan daya beli masyarakat, tetapi ini hanya salah satu elemen saja,” katanya.
Baca Juga:BMKG Peringatkan Hujan Lebat di Sejumlah Wilayah Meski Sudah Masuk Musim KemarauBukti Daya Beli Masyarakat Melemah: Deflasi Beruntun di Mei dan Juni 2024
Menurut data dari Panel Harga Badan Pangan, harga daging ayam turun Rp140 menjadi Rp36.190 per kilogram pada hari Kamis, 7 April 2024. Pada 27 Juni 2024, seminggu sebelumnya, harga per kg masih berada di angka Rp36.330. Harga tersebut merupakan harga rata-rata harian eceran di seluruh Indonesia.
Harga tertinggi untuk daging ayam tahun ini tercatat pada bulan April 2024, yaitu Rp38.450 per kg. Harga ini lebih tinggi daripada harga tertinggi pada tahun 2023, yaitu Rp37.950 per kg di bulan Juni.