“Putin percaya bahwa negara-negara demokrasi tidak bisa berjalan lama dan konsensus kasar yang telah dipertahankan Eropa dan Amerika sejak pecahnya perang Ukraina cepat atau lambat akan hancur. Waktu, dia yakin, berpihak padanya,” menurut Patrick Sanders.
Diyakini bahwa Barat kehilangan kekuatan pada saat Putin merasa percaya diri dan semakin kuat. Hal ini dijelaskan oleh Hugh Lovatt, seorang spesialis kebijakan di European Council on Foreign Relations, Deborah Haynes, editor keamanan dan pertahanan di Sky News, dan Michael Vatikiotis, seorang pengamat di The Diplomat.
Eropa mulai membicarakan ancaman keamanan lebih banyak daripada sebelum krisis di Ukraina, dan setelah banyak diskusi, negara-negara yang sebelumnya bersikap netral, termasuk Swedia dan Finlandia, memutuskan untuk bergabung dengan NATO. Di Eropa, isu Gaza juga telah menghasilkan banyak diskusi.
Baca Juga:Aplikasi Baru Saingan TikTok Siap Rilis, Apa Namanya?70 Juta Perokok Aktif di Indonesia, Anak dan Remaja Rentan
Menurut Lovatt, ketegangan di belahan dunia lain, termasuk Timur Tengah, Asia Pasifik, dan Ukraina, tidak secara langsung berhubungan satu sama lain. Ia mengklaim bahwa konflik-konflik di dunia saat ini berbeda dan tidak saling berhubungan. Namun, ia memperingatkan bahwa ada bahaya serius yang terkait dengan skenario ini bagi komunitas global, terutama bagi Inggris.
“Meskipun penilaian Lovatt yang menyatakan bahwa konflik-konflik tersebut tidak berhubungan secara langsung adalah penting, cara para aktor diposisikan di wilayah-wilayah yang relevan sebenarnya mengungkapkan realitas polarisasi baru di dunia,” tulis Fatih Fuat Tuncer, seorang spesialis geopolitik,
Menurut Tuncer, analisis Haynes mengenai konfrontasi Israel dan Gaza dengan Iran telah meningkatkan ketegangan dan membuat konflik lokal tampak seperti konflik yang mendunia.
“Ketika mengevaluasi situasi saat ini, mereka mengabaikan serangan Israel, yang melanggar semua hukum internasional, dan menganggap Iran bertanggung jawab penuh,” katanya.
Selain itu, Vatikiotis membahas analisis mengejutkan lainnya yang disebutkan Tuncer. Menurut perspektif Vatikiotis, “tatanan berbasis aturan” yang dipaksakan oleh Barat sedang terkikis, dan tidak jelas apa yang akan menggantikannya.
“Analisis ini menyoroti sikap Israel yang tidak bertanggung jawab terhadap hukum internasional sembari menekankan bahwa ketidakpastian dan pengabaian terhadap aturan-aturan di arena internasional dapat menyebabkan konflik besar,” kata Tuncer.