KBEONLINE.ID– Setelah para demonstran mahasiswa menyerbu sebuah penjara dan membebaskan ratusan tahanan, pemerintah Bangladesh memberlakukan jam malam di seluruh negeri dan mengumumkan rencana untuk menggunakan kekuatan militer untuk memadamkan kerusuhan terbesar yang pernah terjadi di negara ini dalam sepuluh tahun terakhir.
Seorang juru bicara pemerintah menyatakan pada Jumat malam, (19/07), bahwa “keputusan telah diambil untuk memberlakukan jam malam dan mengerahkan militer untuk membantu otoritas sipil.”
Kerusuhan, yang merupakan ancaman terbesar bagi pemerintahan Perdana Menteri Sheikh Hasina dalam lima belas tahun terakhir, telah merenggut sedikitnya 105 nyawa. Pihak berwenang memberlakukan pemadaman komunikasi nasional pada hari Jumat, mencegah akses media sosial dan internet seluler.
Baca Juga:TikToker Coba Menu Sehari Donald Trump, Tokoh Dunia dengan Pola Makan BurukKominfo Rancang Sanksi Untuk Penyelenggara Sistem Elektronik Dalam Kasus Serangan Siber
Setelah para demonstran menyerang dan membakar kantor penyiaran negara di Dhaka, jaringan berita TV berhenti mengudara, dan beberapa situs web berita tidak dapat diakses. Di sebelah utara kota, di daerah Narsingdi, sekelompok demonstran menyerang sebuah penjara, membebaskan para narapidana sebelum membakar gedung tersebut.
Sebuah kelompok yang menggunakan nama “R3SISTANC3” juga tampaknya telah meretas sejumlah situs web pemerintah yang penting, termasuk situs web kantor perdana menteri, polisi, dan bank sentral. “Ini bukan lagi protes,” kata sebuah pernyataan di situs web kantor perdana menteri pada hari Jumat, yang menyerukan diakhirinya pembunuhan mahasiswa. “Sekarang ini adalah perang.”
Bulan ini merupakan awal dari protes di kampus-kampus perguruan tinggi ketika para mahasiswa menyerukan penghapusan sistem kuota yang mengalokasikan 30% dari posisi-posisi pemerintahan kepada keluarga para veteran perang kemerdekaan Bangladesh tahun 1971.
Menurut para pengunjuk rasa, kebijakan ini tidak adil dan diskriminatif karena menguntungkan anggota Liga Awami yang berkuasa, yang dipimpin oleh Hasina, dan hanya memberikan sedikit kesempatan bagi kaum muda untuk mendapatkan pekerjaan di masa resesi.
Para mahasiswa yang mendukung pemerintah dituduh menyerang para demonstran, dan polisi sering menembaki kerumunan massa dengan peluru karet dan gas air mata, menyebabkan ribuan orang terluka dan menewaskan ratusan orang.
Pada hari Jumat, (19/07), organisasi-organisasi mahasiswa menentang larangan protes dan pertemuan terbuka dengan turun ke jalan. Ada laporan tentang tembakan dan granat setrum yang datang dari sekitar universitas di Dhaka.