KBEONLINE.ID– Luasnya perintah evakuasi militer Israel di Jalur Gaza terungkap oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Perintah tersebut, menurut Organisasi Internasional ini, berlaku untuk sekitar 86% wilayah kantong Palestina.
“Sejak Oktober 2023, sekitar 314 kilometer persegi (lebih dari 121 mil persegi), atau 86% dari Jalur Gaza, telah ditetapkan sebagai area evakuasi,” kata juru bicara PBB Stephane Dujarric dalam sebuah konferensi pers pada hari Selasa (20/08).
Dilansir dari Anadolu Agency, menurut Dujarric, zona yang ditetapkan oleh pejabat Israel di bagian selatan Al-Mawasi melihat adanya konsentrasi individu, dengan kepadatan penduduk yang berkisar antara 30.000 hingga 34.000 per kilometer persegi.
Baca Juga:Sultan Inggris Hilang dalam Tragedi Tenggelamnya Yacht Mewah di Italia!Marselino Ferdinan Resmi Gabung Oxford United, Klub Legendaris Inggris Siap Bangkit!
“Rekan-rekan kami dari Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) memperingatkan bahwa gelombang pengungsian yang berulang kali terjadi, ditambah dengan kepadatan penduduk, ketidakamanan, infrastruktur yang runtuh, dan permusuhan aktif serta layanan yang terbatas, memperburuk situasi kemanusiaan di Gaza, yang memang sudah sangat buruk,” ujarnya.
Ia menyebutkan bahwa sekitar 13.500 warga Palestina mengungsi di 18 wilayah sebagai akibat dari perintah evakuasi terbaru Israel, yang dikeluarkan pada hari Sabtu. Seluruh kamp pengungsi Al-Maghazi serta sejumlah lingkungan di distrik Deir al-Balah di pusat kota Gaza tercakup dalam perintah tersebut.
“Pemetaan awal menunjukkan bahwa area yang baru saja ditetapkan sebagai area evakuasi meliputi lima gedung sekolah, 14 fasilitas sanitasi air dan kesehatan, serta 10 lokasi kesehatan, termasuk dua pusat kesehatan primer dan lima titik medis,” katanya.
Selain itu, Dujarric juga membacakan pidato Hari Kemanusiaan Sedunia dari Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, yang menyatakan bahwa para pekerja bantuan kemanusiaan “berusaha keras untuk meringankan kesulitan dan rasa sakit” yang diderita oleh orang-orang yang menderita di seluruh dunia.
“Dikatakan bahwa tahun 2023 adalah tahun paling mematikan yang pernah tercatat bagi para petugas kemanusiaan,” katanya. “Di Gaza, di Sudan, dan di banyak tempat lain, pekerja kemanusiaan telah diserang, dibunuh, dilukai, dan diculik, bersama dengan warga sipil yang mereka bantu.”
Kepala PBB menuntut diakhirinya serangan terhadap semua pekerja bantuan dan warga sipil, dan menambahkan bahwa “Merayakan para pekerja kemanusiaan saja tidak cukup. Kita semua harus berbuat lebih banyak untuk melindungi dan menjaga kemanusiaan kita bersama.”