KBEONLINE.ID– Palestina mengalami dilema yang seharusnya tidak pernah dihadapi oleh manusia, namun menurut survei Action for Humanity (02/12), 98% dari 200.000 orang di “zona kemanusiaan” di Gaza tengah mengalaminya. Dilansir dari Al Jazeera, lebih dari seperlima dari mereka harus berpindah tempat tinggal sebanyak 10 kali atau lebih dalam 13 bulan terakhir.
Orang-orang di “zona kemanusiaan” ini menerima “perintah evakuasi” dan terpaksa melarikan diri untuk menyelamatkan diri, seringkali hanya dengan pakaian yang ada di punggung mereka.
Menurut laporan Al Jazeera (02/12), yang didasarkan pada kesaksian para pengungsi Palestina di lapangan, “perintah evakuasi” Israel sering kali hanya memberi mereka waktu satu jam, atau bahkan kurang dari itu, untuk mengemasi barang-barang terakhir mereka dan melarikan diri untuk menyelamatkan diri. Bahkan ketika mereka setuju untuk “mengungsi”, mereka sering dikejar oleh hujan tembakan ketika mereka mencari perlindungan baru di “zona kemanusiaan” lainnya.
Baca Juga:Klaim Asuransi Jiwa Melonjak Tajam: Perusahaan Terancam Tertekan!Penjualan Rumah Anjlok Akibat Pemerintah Naikkan PPN Jadi 12% dan Cabut Insentif!
Sepertiga dari “perintah evakuasi” Israel dikeluarkan pada malam hari, ketika keluarga-keluarga sedang tidur. Sekitar 85% warga Palestina saat ini tinggal di “zona kemanusiaan” di Deir el-Balah dan al-Mawasi mengaku bahwa mereka kesulitan memahami perintah evakuasi yang mereka terima sejak tahun lalu.
Sebanyak 15% lainnya melaporkan bahwa mereka tidak dapat mengungsi karena disabilitas atau tugas pengasuhan setelah mendapatkan “perintah evakuasi”. Karena Israel jarang menawarkan sarana transportasi atau penginapan alternatif setelah memaksa seseorang untuk pindah, “perintah evakuasi” tersebut sangat tidak berguna bagi warga Palestina yang cacat, hamil, terluka, sakit kronis, atau lanjut usia, dan juga pengasuhnya.
Situasi bagi individu yang dapat terus menerus pergi dan pindah ke “zona kemanusiaan” yang baru juga tidak lebih baik. Mereka juga terus-menerus terancam punah dan hanya memiliki sedikit akses ke pasokan penting.
Makanan yang ditemukan memiliki nilai gizi yang hampir tidak ada dan sudah busuk hingga tidak layak untuk dikonsumsi. Air tidak mencukupi karena Israel telah mematikan keran air dan meracuni sebagian besar sumur dengan bom.