Hal ini didukung oleh laporan lain dari Korean Women’s Development Institute (KWDI), yang menekankan seberapa besar pengasuhan yang diharapkan dari wanita, bahkan dalam rumah tangga dengan dua pencari nafkah.
Rata-rata, perempuan mencurahkan 11,69 jam sehari untuk mengasuh anak-anak mereka. Kontribusi ayah sebesar 4,71 jam, kontribusi kakek-nenek sebesar 3,87 jam, dan kontribusi tempat penitipan anak sebesar 7,76 jam, semuanya lebih kecil dari jumlah ini.
Hal ini menekankan ketidakseimbangan gender dalam kewajiban keluarga, yang menghalangi banyak perempuan untuk memiliki anak. Pemerintah dan masyarakat harus memperhatikan kebutuhan akan kebijakan yang lebih mendukung, seperti peningkatan cuti orang tua dan penitipan anak yang lebih terjangkau dan berkualitas tinggi.
Baca Juga:Trailer ‘28 Years Later’ Rilis! Cillian Murphy Kembali dengan Peran MengejutkanSinopsis Asmara Gen Z, Sinetron Baru dengan Kisah Cinta dan Drama Remaja yang Bikin Baper!
Selain itu, jadwal kerja yang lebih fleksibel dan fokus pada kesejahteraan keluarga dapat membantu mengurangi tekanan yang dihadapi pasangan yang bekerja. Jika tidak ada penyesuaian yang signifikan, isu-isu ini dapat memiliki konsekuensi jangka panjang terhadap struktur sosial dan ekonomi.
“Pengasuhan bayi dan anak kecil, terlepas dari apakah mereka bekerja atau tidak, sebagian besar disediakan oleh ibu dari anak tersebut, yang jelas menunjukkan ketidaksetaraan gender dalam distribusi pengasuhan anak,” kata KWDI.
“Untuk meringankan beban pengasuhan yang terkonsentrasi pada ibu, lingkungan kerja harus ditata sedemikian rupa sehingga pengasuhan anak dan pekerjaan dapat saling menyeimbangkan dan tingkat layanan publik yang dapat diandalkan juga harus dibangun,” tambahnya.