KBEonline.id – Menjelang perayaan Imlek, kue keranjang atau dodol Cina yang menjadi ikon khas perayaan tersebut mulai diproduksi di sejumlah daerah. Namun, produsen kue keranjang di Gang Aster, Kelurahan Nagrikaler, Purwakarta, mengungkapkan bahwa minat terhadap kuliner legendaris ini terus menurun dalam beberapa tahun terakhir, Kamis (23/1/2025).
Hayati, satu-satunya produsen kue keranjang di Purwakarta, mengatakan bahwa usaha kue khas Imlek ini merupakan warisan keluarganya yang telah bertahan selama lebih dari tiga dekade. Meski mempertahankan resep tradisional dengan bahan alami seperti gula putih, pandan, dan tepung beras ketan, ia mengakui bahwa produksi kini tidak dilakukan setiap hari.
“Peminatnya sepi, sudah empat tahun ini sepi terus. Produksinya sekarang hanya kalau ada pesanan saja,” ujar Hayati saat ditemui di rumahnya, Kamis (23/1/2025).
Baca Juga:Mobil VIP Berpotensi Dirakit di Purwakarta, Pindad Maung Garuda Jadi Andalan Kabinet Merah Putih PURWAKARTA –Dukung Astacita Presiden Prabowo, Pupuk Kujang Berikan Makanan Bergizi Gratis untuk Santri
Proses pembuatan kue keranjang miliknya tetap mempertahankan metode tradisional yang memakan waktu panjang. Setelah mencampurkan cairan gula dan tepung beras ketan, adonan dikukus menggunakan tungku tradisional selama belasan jam hingga menghasilkan tekstur dan warna khas.
“Resepnya tidak pernah diubah. Kami tetap pakai gula putih, bukan gula merah, dan hasilnya tetap merah karena proses pengukusannya,” jelas Hayati.
Meski memiliki nilai sejarah dan budaya yang kuat, kue keranjang kini menghadapi tantangan dari menurunnya jumlah peminat. Hayati berharap kuliner khas ini tetap dilestarikan dan mendapatkan perhatian lebih dari masyarakat agar tradisi turun-temurun tersebut tidak hilang.
“Semoga ke depan ada lebih banyak yang berminat, karena kue ini bukan sekadar makanan, tapi juga simbol tradisi dan budaya,” tutupnya penuh harap. (bbs/riz)