Apa Perbedaan Ramadhan di Indonesia dan Negara lain? Ini Perbedaannya

Bulan Ramadhan 2025
Ilustrasi gambar Bulan Suci Ramadhan. (pikbest)
0 Komentar

KBEonline.id – Ramadhan yang diperingati oleh umat Muslim sedunia, menghadirkan lanskap praktik yang kaya dan beragam.

Kendati esensinya tetap sama (menahan diri dari lapar, dahaga, dan gejolak nafsu dari fajar hingga senja) implementasinya melahirkan corak tradisi yang unik di tiap penjuru dunia.

Perbedaan ini diwarnai oleh perpaduan budaya lokal, warisan tradisi, dan kondisi geografis yang khas.

Baca Juga:Ramadhan dan Lebaran ternyata berpengaruh terhadap Peningkatan EkonomiPresiden Prabowo Kunjungi Korban Banjir di Babelan, Perintahkan Perbaikan Fasilitas Publik

Artikel ini mengajak Anda menyelami mozaik keunikan Ramadan di berbagai negara, sebuah perjalanan yang menjanjikan kekayaan wawasan dan perspektif baru.

Di Asia Tenggara, negara-negara seperti Malaysia dan Indonesia, meski bukan bagian dari dunia Arab, memiliki tradisi Ramadhan yang distingtif.

Di Indonesia, misalnya, masyarakat lazim berkeliling sembari menabuh bedug sebagai pengingat waktu sahur. Selain bedug, masjid-masjid pun mengumandangkan seruan khusus untuk membangunkan umat.

Kontras dengan Indonesia, di Arab Saudi, praktik seruan sahur semacam ini tidak ditemukan.

Pengeras suara masjid tidak digunakan untuk tujuan tersebut, mengingat masyarakat Saudi umumnya terjaga hingga waktu sahur tiba.

Di Turki, Ramadhan lekat dengan tradisi Davulcu. Pada dini hari, para penabuh drum berkeliling kota atau desa untuk membangunkan warga agar bersiap menyantap sahur.

Tradisi yang berakar ratusan tahun ini terus dilestarikan. Saat berbuka, hidangan seperti pide (roti pipih), sup lentil merah, dan baklava menjadi primadona di meja makan.

Baca Juga:DPRD Kabupaten Bekasi Dituding ''Darurat Korupsi'', HMI Serukan AksiRumah Kamu Sering Ada Kecoa? Inilah Cara Membasminya

Mesir menghidupkan Ramadhan dengan kehadiran fanoos, lentera warna-warni yang menghiasi rumah, jalan, dan masjid, menciptakan atmosfer hangat dan penuh sukacita. Masyarakat Mesir menyambut waktu berbuka dengan hidangan khas seperti koshari dan sambousek.

Tradisi berbagi makanan kepada sesama yang membutuhkan juga menjadi pilar penting dalam perayaan Ramadhan di negeri ini.

Umat Muslim di Norwegia menghadapi tantangan tersendiri selama Ramadan, terutama karena durasi puasa yang ekstrem panjang.

Di musim panas, siang hari dapat mencapai 20 jam, sehingga umat Muslim harus beradaptasi dengan jadwal puasa yang fleksibel, seringkali mengacu pada waktu Mekah atau jadwal lokal yang telah disepakati.

Puasa, sebagai praktik spiritual, melampaui batas-batas agama dan budaya. Meskipun berakar pada tujuan yang sama (mendekatkan diri pada Tuhan dan menyucikan jiwa) cara pelaksanaannya beraneka ragam di berbagai belahan dunia.

0 Komentar