KBEonline.id – Kita semua tahu bahwa cokelat berasal dari biji pohon kakao, tetapi tahukah kamu bahwa sejarah cokelat memiliki latar belakang yang sangat menarik? Penemuan tanaman kakao oleh penduduk Mesoamerika, yang kini dikenal sebagai Meksiko, terjadi antara tahun 1.400 hingga 1.100 SM. Pada masa itu, pohon kakao tumbuh subur di wilayah Amazon utara, Amerika Tengah, hingga Meksiko.
Peradaban Olmec, yang merupakan salah satu peradaban tertua di Amerika Tengah, menjadi yang pertama mengolah biji kakao menjadi cokelat. Mereka menciptakan minuman cokelat panas yang merupakan salah satu hasil olahan biji kakao pertama di dunia. Minuman ini tidak hanya dinikmati sebagai santapan sehari-hari, tetapi juga digunakan dalam berbagai ritual dan sebagai obat untuk menyembuhkan berbagai penyakit.
Beberapa abad kemudian, sekitar tahun 500-450 SM, Suku Maya mulai mengonsumsi cokelat panas dengan cara yang lebih kreatif. Mereka menciptakan minuman berbusa yang dicampur dengan rempah-rempah seperti lada merah dan vanila, menjadikan pengalaman menikmati cokelat semakin kaya rasa.
Baca Juga:Kalian Tahu Mengapa Pattrick Seperti 'Bodoh'? Faktanya, Bintang Laut Memang Tidak Memiliki OtakBenarkah Kucing Tidak Bisa Merasakan Manis? Apa Alasannya?
Istilah “cokelat” sendiri berasal dari bahasa Nahuatl, bahasa yang digunakan oleh bangsa Aztec, yaitu ‘xocolatl’ yang berarti “air pahit” Cokelat dianggap sebagai hadiah dari Quetzalcoatl, dewa Aztec, dan sering kali dikonsumsi oleh prajurit sebelum mereka pergi berperang.
Sejarah cokelat di Indonesia dimulai pada tahun 1560 ketika para pelaut Spanyol membawa tanaman kakao jenis Criollo ke Sulawesi Utara. Sayangnya, hasil awalnya tidak memuaskan karena tanaman tersebut rentan terhadap serangan hama.
Namun, keberhasilan dalam budidaya kakao di Indonesia mulai terlihat pada tahun 1880 dengan diperkenalkannya varietas Forastero. Varietas ini lebih tahan terhadap hama dibandingkan dengan Criollo dan terbukti lebih berhasil.
Menurut sejarawan makanan Fadly Rahman, permintaan bubuk cokelat di Hindia Belanda dan mendirikan perusahaan bernama ‘Tjoklat’ pada tahun 1924. Melihat potensi besar ini, pada tahun 1938 terdapat sekitar 29 perkebunan besar di Hindia Belanda yang menjadikan kakao sebagai komoditas utama mereka. Tahun ini juga menandai masa keemasan bagi industri cokelat di Indonesia dengan pembukaan 13 kebun baru di Jawa Barat, 7 di Jawa Tengah, dan 9 di Jawa Timur. Setelah Indonesia merdeka, perkebunan-perkebunan tersebut dinasionalisasi.