BEKASI, KBEonline.id – Pagi itu, Subyantoro (23) duduk termenung di depan rumah. Tangan kirinya menggenggam rokok, sementara pikirannya melayang tak tentu arah. Kabar duka yang baru saja ia terima dari staf KBRI Kamboja, Pak Dadang, masih mengendap di kepala—kakaknya, Ikhwan Sahab (27), dinyatakan meninggal dunia.
Bukan karena sakit, bukan karena kecelakaan biasa, tetapi karena siksaan yang dilakukan oleh sesama anak bangsa dan warga asing di negeri orang. Sebuah mimpi indah tentang pekerjaan dengan gaji puluhan juta rupiah berakhir tragis—dengan luka lebam, tubuh melepuh, dan akhirnya nyawa melayang.
Awal Februari 2024, Ikhwan berpamitan kepada keluarga. Kepada orang tuanya, ia mengatakan bahwa dirinya akan dimutasi ke Kamboja oleh perusahaan tempatnya bekerja. Tak ada yang curiga kala itu, meski Subyantoro mengaku sudah merasa ada yang janggal.
Baca Juga:WNI Asal Bekasi Tewas Akibat Disetrum dan Dipukuli di Kamboja, Diduga Korban Sindikat ScamWarga Desak Cabut Izin Tambang Mas Putih Belitung dalam Aksi di Depan PT Jui Shin Indonesia
“Ya saya udah curiga, kok bisa tiba-tiba mutasi ke luar negeri,” kata Adik Korban Subyantoro ketika diwawancarai Karawang Bekasi Ekspres.
Namun karena komunikasi masih berjalan baik selama enam bulan pertama, rasa was-was itu perlahan mereda. Ikhwan rutin melakukan video call dan memberi kabar. Sampai akhirnya, sebuah panggilan dari nomor milik Ikhwan membuat semuanya berubah.
“Yang nelpon itu katanya bosnya. Minta uang tebusan 60 juta rupiah buat biaya pemulangan. Tapi saya langsung curiga,” ujar Subyantoro.
Ia melarang orang tuanya mengirim uang. Sejak itu, keberadaan Ikhwan makin tidak jelas. Ia mulai jarang terlihat di video call. Terakhir kali, ia mengaku berada di Buffet di Venus—sebuah lokasi yang kini penuh trauma bagi keluarganya.
Saat terakhir berbicara, Ikhwan mengaku bahwa perusahaan tempatnya bekerja ternyata bukanlah perusahaan legal. Ia dijebak untuk bekerja di perusahaan scam, yang menyasar warga Indonesia lewat penipuan online.
“Dia dijanjikan kerja jadi admin judi online. Gaji katanya 30 sampai 40 juta. Tapi ternyata masuk perusahaan scam,” kata Subyantoro.
Target tinggi dan tekanan luar biasa membuat Ikhwan tak mampu bertahan. Karena gagal mencapai target omset, ia diculik ke sebuah ruangan dan mulai mengalami penyiksaan.