Dijanjikan Kerja, Pulang Jadi Jenazah: Kisah Ikhwan Sahab, Korban Perdagangan Orang di Kamboja

Kisah Ikhwan Sahab, Korban Perdagangan Orang di Kamboja.
Kisah Ikhwan Sahab, Korban Perdagangan Orang di Kamboja. --KBE--
0 Komentar

“Dia dipukul, ditendang, disetrum. Disiksa dua hari. Hari kedua paling parah sampai pingsan, terus bangun-bangun udah di rumah sakit,” kata Subyantoro.

Kondisinya sangat memprihatinkan: lebam di wajah, luka bakar di bokong, melepuh di tangan dan kaki, serta pendarahan otak. Luka-luka itu diderita karena disetrum, diinjak, dipukul pakai kayu—semua dalam kondisi tanpa busana.

Ikhwan dilarikan ke Kratie Provincial Hospital, Kamboja, setelah ditemukan polisi dalam keadaan koma, telanjang, dan luka parah di pinggir jalan. Polisi sempat mengira itu kecelakaan motor.

Baca Juga:WNI Asal Bekasi Tewas Akibat Disetrum dan Dipukuli di Kamboja, Diduga Korban Sindikat ScamWarga Desak Cabut Izin Tambang Mas Putih Belitung dalam Aksi di Depan PT Jui Shin Indonesia

“Padahal dia dibuang. Mungkin mereka kira kakak saya udah meninggal, jadi dibuang supaya gak tanggung jawab,” ujar Subyantoro.

Selama dirawat, komunikasi dilakukan melalui suster rumah sakit yang hanya bisa berbahasa Khmer. Subyantoro sempat berbicara langsung dengan Ikhwan lewat video call. Meski tubuhnya lemah, suara kakaknya masih bisa terdengar.

“Dia bilang, mungkin ini cobaan dari Allah. Saya tanya terus, kenapa bisa luka-luka gitu? Akhirnya dia cerita semuanya,” kenang Subyantoro sambil menahan tangis.

Pada 14 April 2025 pagi, kabar duka itu datang. Ikhwan Sahab mengembuskan napas terakhirnya di rumah sakit. Subyantoro yang menerima kabar itu, sempat tak sanggup menyampaikannya kepada orang tua.

“Awalnya saya cuma duduk di luar, ngerokok, menenangkan diri. Gak kuat bilang ke mama,” katanya pelan.

Akhirnya, jenazah Ikhwan diputuskan untuk dimakamkan di Kamboja karena proses repatriasi yang rumit dan mahal. Keluarga merasa tak tega membiarkan jasadnya terlalu lama tertahan di rumah sakit.

Kisah Ikhwan adalah potret gelap dari praktik perdagangan orang yang masih marak terjadi, bahkan dengan keterlibatan warga negara sendiri. Subyantoro menyebut salah satu pelaku utama yang menyiksa kakaknya adalah orang Indonesia, dikenal sebagai “Bos Alam”, asal Manado.

Baca Juga:Rayakan Paskah dengan Brunch Spesial di Harper CikarangAksi Massa di Depan PT Jui Shin Indonesia Ricuh, Pos Satpam Dibakar

“Ada sekitar 15 orang yang mukulin. Orang Cina, tapi juga ada orang Indo. Bahkan ada yang kakak saya kenal,” ujarnya.

Kisah ini menjadi pengingat pahit bahwa mimpi bisa menjadi mimpi buruk, ketika kesempatan kerja di luar negeri ternyata hanyalah jebakan maut. (Iky)

0 Komentar