KARAWANG, KBEonline.id – Di balik senyum dan semangat yang sering terlihat dari para siswa SMA, tersimpan kisah yang tidak selalu cerah.
Fenomena pacaran di kalangan remaja kini tidak hanya menjadi bagian dari dinamika masa muda, tetapi juga sumber tekanan mental yang semakin mengkhawatirkan.
Banyak siswa mengaku mengalami stres, bahkan gejala depresi, akibat hubungan asmara yang mereka jalani.
Baca Juga:Kontroversi Tren Ghibli yang Viral di Media SosialKamen Rider Gavv Episode 31 sub Indo, Plot Cerita dan Tempat Nontonnya
Tekanan untuk menjadi pasangan ideal, rasa takut kehilangan, serta konflik kecil yang sering berulang justru mempengaruhi fokus belajar dan keseimbangan emosional mereka.
Emosi remaja yang belum stabil, ditambah dengan tekanan dalam hubungan, menjadi pemicu utama stres. Beberapa perilaku yang kerap terlihat antara lain kesulitan tidur, mudah marah, kecemasan berlebihan, dan kurangnya rasa percaya diri.
Fenomena ini juga banyak dibicarakan di media sosial, mengingat remaja yang seharusnya produktif belajar malah terganggu oleh stres akibat hubungan percintaan.
Tentu saja, hal ini menghambat proses pembelajaran dan prestasi akademik siswa.
Melihat tren ini, sejumlah sekolah mulai mengambil langkah dengan mengadakan konseling rutin dan memberikan edukasi tentang kesehatan mental serta pentingnya hubungan yang sehat.
Para guru dan orang tua juga diimbau untuk lebih terbuka dalam mendampingi anak-anak mereka, tanpa menghakimi pilihan pribadi.
Pada akhirnya, masa remaja adalah waktu untuk tumbuh dan belajar. Bukan untuk terjebak dalam cinta yang terlalu rumit untuk ditanggung seorang diri.