Mantan Aktivis LSM Berbagi Cerita: Hidup di Tengah Aksi Jalanan dan Koordinasi di Bekasi

ilustrasi Hidup di Tengah Aksi Jalanan dan Koordinasi di Bekasi
Ilustrasi Hidup di Tengah Aksi Jalanan dan Koordinasi di Bekasi. (ist)
0 Komentar

BEKASI, KBEonline.id – Bagi Farhan Pratama alias Tile (27), jalanan di Kabupaten Bekasi pernah menjadi “kantor” sehari-harinya. Bukan sebagai karyawan atau buruh pabrik, melainkan sebagai bagian dari kelompok Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak dari satu aksi ke aksi lain demi bertahan hidup.

Selepas lulus SMA, Farhan yang kerap biasa dipanggil Tile ini berhadapan dengan kenyataan pahit, diantara sulitnya mencari pekerjaan di tengah persaingan yang ketat dan biaya hidup yang terus menanjak untuk setiap harinya.

“Waktu itu lowongan kerja banyaknya buat yang punya pengalaman atau ijazah tinggi. Saya nggak punya keduanya,” kata Tile ketika diwawancarai Karawang Bekasi Ekspres, Selasa 29 April 2025.

Baca Juga:Nonton The Beginning After The End episode 5 di Mana? Streaming dan SpoilernyaRetret Pemerintah Desa di Kabupaten Bekasi Dinilai Pemborosan Anggaran 

Pilihan hidup pun menyempit. Demi menyambung hidup, ia bergabung dengan komunitas-komunitas jalanan. Awalnya menjadi juru parkir liar di pasar tradisional. Lambat laun, ia diajak teman untuk sesekali ikut aksi-aksi demonstrasi. Di situlah ia menemukan “peluang” baru.

“Ikut demo dapat uang jalan. Kadang ada tambahan kalau kita jaga massa. Saya pikir, ya sudahlah, dari pada nganggur,” katanya.

Namun, dunia itu tidak selalu bersih. Ia mengakui, beberapa kali diminta melakukan “kordinasi” ke proyek-proyek lokal istilah halus nya meminta uang untuk keamanan lingkungan.

“Kadang, kita jaga datangi itu lokasi proyek, istilah kata buat keamanan “kordinasi”. Tapi ujung-ujungnya minta jatah juga. Kalau nggak dikasih, kita bilang bakal ada gangguan,” ujarnya.

Meski hidup dari bayaran sesekali demo dan uang kordinasi terasa jauh dari ideal, bagi Tile dan banyak pemuda lain sepertinya, itu adalah soal untuk bertahan hidup.

“Kalau bukan karena kebutuhan, siapa mau hidup begini? Panas-panasan, diteriakin orang, kadang dibubarin polisi,” tuturnya.

Kini, Tile perlahan mencoba keluar dari dunia itu. Ia bekerja serabutan sambil ikut pelatihan keterampilan yang diadakan oleh komunitas pemuda di desanya. Mimpinya sederhana, punya pekerjaan tetap dan meninggalkan masa lalu yang keras.

Baca Juga:Pengangguran Tinggi? Disnaker Bekasi Turun Tangan, Job Fair Hybrid Siap Banjir Lowongan!Pemkab Karawang Bangun 2.249 Unit Rutilahu pada 2025, Prioritaskan Rumah Rusak Berat

Pemerintah Kabupaten Bekasi sendiri telah beberapa kali menggelar program pelatihan vokasi untuk pemuda-pemuda rentan. Namun realitanya, belum semua bisa terjangkau.

“Banyak teman saya masih di jalanan. Masih jaga parkir, ikut demo, atau cari koordinasi di proyek. Karena pilihan mereka juga terbatas,” pungkasnya.

0 Komentar