KBEOnline.id- Apindo Kabupaten Bekasi blak-blakan soal ormas, pengelolaan limbah, dan upah buruh selama ini jadi momok bagi investor di Kabupaten Bekasi.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kabupaten Bekasi, Yusuf Wibisono, menyatakan bahwa persoalan pengangguran masih menjadi pekerjaan rumah jangka panjang yang memerlukan komitmen semua pihak.
“Kita akan diskusikan secara internal di Apindo. Apa langkah konkret yang bisa kita ambil, terutama dalam mengatasi pengangguran. Namun yang paling dibutuhkan adalah konsistensi dan komitmen bersama semua stakeholder,” ujar Yusuf kepada Cikarang Ekspres, Kamis (08/05).
Baca Juga:Fakta Penyakit GERD, Apakah Bisa Disembuhkan?Stres Bisa Picu Asam Lambung Kambuh? Ini Penjelasan dan Cara Mengatasinya!
Ia menyebutkan bahwa penanganan pengangguran akan diformulasikan bersama Tim Percepatan Pembangunan Daerah (TP2D).
Selain itu, ia juga menyoroti isu pengupahan yang setiap tahun selalu menjadi perdebatan antara pengusaha dan pekerja.
“Persoalan pengupahan ini selalu jadi topik hangat. Ini juga menyangkut citra pemerintah pusat maupun daerah. Perlu ada regulasi yang jelas dan tegas agar jadi win-win solusi bagi semua pihak,” lanjutnya.
Apindo, kata Yusuf, mendukung penuh kebijakan pemerintah daerah yang mendorong penyerapan tenaga kerja lokal. Ia bahkan sudah menggaungkan pentingnya kuota pekerja lokal di sektor industri jauh sebelum menjabat sebagai ketua Apindo.
“Saya mendukung agar putra daerah diserap lebih banyak. Tapi yang tak kalah penting adalah peningkatan kompetensi, budaya kerja, dan etika kerja mereka,” tegasnya.
Terkait iklim investasi, Yusuf menyebut Kabupaten Bekasi masih sangat menjanjikan. Namun ia tak menampik adanya isu-isu seperti ormas dan pengelolaan limbah yang bisa memengaruhi kenyamanan investor.
“Masalah ormas bukan hal baru, tapi harus segera diatur agar tidak berkembang liar dan merugikan citra daerah,” ungkapnya.
Baca Juga:Cara Efektif Atasi Stres Mahasiswa, Tetap Sehat dan Positif di Tengah Tugas MenumpukJangan Salah! Ini Bedanya Maag dan GERD yang Sering Disangka Sama
Ia juga menyoroti dampak kebijakan global, termasuk perang dagang dan fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar yang memengaruhi harga material impor dan daya beli.
“Kenaikan dolar bisa mengakibatkan turunnya produksi, bahkan berujung pengurangan tenaga kerja. Ini bisa berdampak pada tingkat pengangguran,” jelas Yusuf.
Selain itu, Yusuf juga mengingatkan soal tantangan jangka panjang berupa otomatisasi dan perkembangan teknologi digital.