BEKASI, KBEonline.id – Tawuran pelajar masih menjadi luka sosial yang belum sembuh di Kabupaten Bekasi. Di balik bentrokan yang kerap mewarnai sudut-sudut kota, ada pola kekerasan yang tumbuh dan diwariskan, bukan hanya antar pelajar, tetapi juga antar generasi.
Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA) Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kabupaten Bekasi mencatat, dalam setahun rata-rata terjadi 5 hingga 10 kasus tawuran yang melibatkan anak di bawah umur.
“Ini bukan cuma soal kenakalan. Ada pembentukan perilaku yang dipengaruhi oleh lingkungan, tekanan sosial, bahkan kemiskinan,” ujar Fahrul Fauzi, Kepala UPTD PPA DP3A Kabupaten Bekasi kepada Cikarang Ekspres.
Baca Juga:Sinopsis Kamen Rider Gavv Episode 34: Glotta dan Lizel BerselisihKoboi Palsu di Cikarang, Terungkap Positif Sabu Saat Diamankan Polisi
Menurut Fahrul, banyak kasus menunjukkan bahwa aksi tawuran dipicu oleh doktrin informal dari para senior atau alumni sekolah yang telah lebih dulu mencicipi ‘romantisme’ kekerasan. Budaya ini diwariskan turun-temurun, membentuk semacam struktur tidak resmi yang memberi legitimasi pada tindakan brutal.
“Salah satu motif kuat adalah ingin diakui. Anak-anak ini ingin dikenal, dihormati, dan dianggap hebat di mata teman-temannya. Senior mereka memfasilitasi itu lewat doktrin kekerasan,” ungkapnya.
Tawuran pun menjadi semacam “panggung ekspresi” bagi remaja yang merasa tidak punya tempat untuk didengar atau dipahami.
Dalam salah satu kasus yang ditangani pada 2023, seorang remaja tercatat sudah tiga kali diamankan polisi akibat terlibat tawuran.
Usut punya usut, remaja tersebut tinggal di rumah sempit berisi banyak anggota keluarga. Tidak memiliki ruang pribadi untuk belajar atau sekadar beristirahat, ia memilih menghabiskan waktu di luar rumah saat malam tiba.
“Karena rumahnya kecil dan pengap, dia keluar malam. Ketemu teman, diajak tawuran, ya ikut. Karena di luar, dia merasa punya ruang, merasa ‘dianggap’,” terang Fahrul.
Fenomena ini menunjukkan bahwa faktor ekonomi dan kondisi hunian berperan besar dalam membentuk pilihan-pilihan remaja yang tampaknya sepele, tapi berdampak serius.
Baca Juga:Bertingkah Bak Koboi, Pemuda di Cikarang Ditangkap Polisi Gara-Gara Pistol MainanGaya Koboi, Pemuda Bawa Pistol di Tengah Tawuran Cikarang
UPTD PPA DP3A turut melakukan pendampingan bagi anak-anak yang terlibat tawuran dan masuk kategori anak berhadapan dengan hukum. Pendampingan mencakup aspek hukum, psikologis, hingga pemulihan sosial.