KBEonline.id – Program Keluarga Berencana (KB) yang dikenal saat ini merupakan hasil dari perjuangan panjang para pelopor baik di dalam maupun luar negeri. Gerakan KB pertama kali muncul di Inggris pada awal abad ke-19, dipelopori oleh kelompok yang peduli pada kesehatan ibu. Seiring dengan berkembangnya alat kontrasepsi yang memenuhi standar medis, program KB modern pun berkembang dengan tujuan yang lebih luas, tidak hanya membatasi kelahiran tetapi juga meningkatkan kesehatan ibu dan anak.
Di Inggris, Marie Stopes menjadi tokoh penting yang mengkampanyekan pengaturan kehamilan di kalangan pekerja buruh. Sementara di Amerika Serikat, Margaret Sanger memperkenalkan program “birth control” yang menjadi cikal bakal program KB modern. Pada tahun 1952, Sanger mendirikan International Planned Parenthood Federation (IPPF), yang kemudian menjadi organisasi induk bagi berbagai gerakan KB di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Di Indonesia, program KB mulai dirintis pada tahun 1950-an oleh para ahli kandungan yang ingin menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Pada 1957, didirikan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) sebagai organisasi sosial yang bergerak di bidang KB. Namun, kegiatan ini sempat terkendala oleh larangan penyebaran gagasan KB dalam KUHP nomor 283.
Baca Juga:Sarung Tangan Bukan Cuma Gaya, Tapi Jadi Bagian Penting Keselamatan BermotorMengenal Buah Bit: Sejarah, Kandungan Nutrisi, dan Manfaat Kesehatannya yang Menakjubkan
Setelah melalui berbagai diskusi dan pertemuan dengan tokoh masyarakat dan pejabat pemerintah, pada 17 Oktober 1968 dibentuk Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN) dengan status semi-pemerintah. Pada tahun 1970, LKBN berubah menjadi Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang langsung berada di bawah Presiden, dengan dr. Suwardjo Suryaningrat sebagai ketuanya.
Pada era Orde Baru, pendekatan program KB bergeser dari model “top-down” menjadi “management with the people,” memberikan kebebasan bagi masyarakat untuk memilih metode kontrasepsi yang sesuai. Program ini berhasil mencapai target nasional dan mendapat pengakuan dunia, termasuk penghargaan United Nations Population Award dari UNFPA pada tahun 1989.
Sejarah panjang program KB di Indonesia menunjukkan betapa pentingnya peran tokoh medis, pemerintah, dan masyarakat dalam menciptakan perubahan besar dalam kesehatan reproduksi dan kesejahteraan keluarga. Program ini tidak hanya menyelamatkan nyawa ibu dan bayi, tetapi juga menjadi pondasi bagi masyarakat yang lebih sehat dan sejahtera.